23 Agu 2019

KONSELING INDIGENOUS (INDIGENOUS COUNSELING)



A. PENDAHULUAN
Konseling merupakan proses pemberian layanan profesional yang berhubungan dengan manusia. Menghadapi manusia berarti menghadapi makhluk yang berdimensi kompleks, meliputi dimensi rasional, emosional, kehendak, keyakinan, nilai-nilai agama dan budaya, kesemua ini terpaut erat menjadi kesatuan jalinan, yang menghasilkan keputusan-keputusan dan praktek perilaku bervariasi. Dalam kajian konseptual, dimensi-dimensi ini dikaji dalam bagian-bagiannya dengan tanpa mengabaikan keterjalinan satu sama lain.
Konseling yang efektif dan juga efisien meletakkan pendekatan ilmunya ke dalam berbagai dimensi manusia, di samping memperhatikan kararkteristik uniq dari masing-masing individu, meliputi keseluruhan personaliti, dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Konseling dalam perkembangan dan upayanya memberi kontribusi terbaik, menaruh perhatian besar terhadap ragam budaya. Perhatian terhadap keaneka ragaman budaya dikenal dengan sebutan “konseling lintas budaya” (cross cultural counseling). Dedi Supriadi (2001) menulis bahwa konseling lintas budaya adalah konseling yang melibatkan konselor dan klien yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan karena itu proses konseling sangat rawan oleh terjadinya bias-bias budaya pada pihak konselor yang mengakibatkan konseling tidak berjalan efektif (Draguns, 1986, Pedersen, 1986). Pendekatan lain di samping pandangan lintas budaya yang baru berkembang di kalangan ilmu-ilmu sosial dan psikologi khususnya adalah pendekatan “indigenous”, “indigenous psychology”.
Sebagai bagian dari ilmu sosial dan keerat-terkaitan konseling dengan ilmu
* Disajikan dalam Konvensi Nasional XIII Bimbingan dan Konseling, Tanggal 8-10 Desember 2003 di Universitas Pendidikan Indonesia..
** Staf Pengajar FIP UNIMED, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Padjadjaran, dan Anggota Pengurus Daerah ABKIN.
lain seperti psikologi, budaya, dan sosiologi, konseling penting menaruh perhatian terhadap pendekatan indigenous. Makalah ini menyampaikan tentang sejauhmana pentingnya keterlibatan indigenous dalam konseling. Dalam kalimat singkat penulis menyebut sebagai : “Konseling Indigenous” (“Indigenous Counselling”). Konseling indigenous akan menghasilkan konseling yang lebih tepat (relevan) sesuai dengan konteks budaya individu (client).

B. KONSEP INDIGENOUS, INDIGENIZATION, DAN INDIGENOUS COUNSELLING

Sinha dalam Berry, J. W.; Poortinga, YPE; dan Pandey, J. (1997) mengemukakan pengertian indigenous dan indigenization, sebagai berikut. Dalam arti biologis untuk bidang untuk bidang epistemologi, indigenous mengacu kepada elemen-elemen pengetahuan yang diturunkan dalam suatu negara atau kebudayaan, dan yang sudah berkembang disana, yang dipertentangkan dengan sesuatu yang diimport atau dibawa dari mana saja. Kamus Oxford Inggeris mengemukakan indigenous (mengacu kepada flora dan fauna) berarti “yang dihasilkan secara alami dalam suatu wilayah; secara alami mengikuti ke bumi/asli (Sykes, 1976). Dari kedua defenenisi ini dapat dipahami bahwa indigenous adalah sistem pengetahuan dan praktek yang ada dan berkembang serta bertahan dalam suatu masyarakat atau wilayah/tempat tertentu. Dengan kata lain berakar di suatu tempat tertentu, bukan sesuatu yang diambil dari wilayah/tempat lainnya.
Heeler (1981 : 3), Segall & Dasen (1992, p. 381) sebagaimana dikemukakan oleh Sinha dalam Berry, J. W.; Poortinga, YPE; dan Pandey, J. (1997) mengemukakan pendapat mereka tentang pengertian indigenous yang dikaitkan dengan psikologi. Heeler (1981 : 3) mengatakan bahwa berbeda dari penelitian-penelitian eksperimen, indigenous psychology mengakar dalam aturan-aturan, klasifikasi-klasifikasi, perkiraan-perkiraan, teori-teori, kiasan-kiasan – penanaman dalam institusi-institusi sosial – yang melahirkan topik-topik psikologis. Dengan kata lain,.mencoba mengembangkan suatu ilmu perilaku yang sesuai dengan realitas-realitas sosial budaya suatu masyarakatnya sendiri (Segall & Dasen, 1992, p. 381). Disini indigenous dibedakan sebagai sesuatu yang dihasilkan dari kehidupan masyarakat baik dalam proses interaktifnya maupun dalam intitusi-intitusinya, bukan dari hasil-hasil percobaan atau rekayasa laboratorium eksperimen. .
Pengertian yang lebih luas dapat diperoleh dari pengertian indigenization. Indigenization mengandung arti proses indigenous. Indigenization mengacu kepada transformasi-transformasi yang dicangkok atau dipinjam di bawah elemen-elemen luar agar mereka memproses ciri-ciri daerah atau kebudayaan (D. Sinha, 1993, p. 34 Sinha dalam Berry, J. W.; Poortinga, YPE; dan Pandey, J. (1997). Indigenization adalah proses mengambil perkembangan dari tempat lain dan mengantarkan modifikasi-modifikasi yang membuat hal ini sesuai dengan kebudayaan baru (p. 62). Mengacu kepada pengertian indigenous dan indigenization, dapat diketahui bahwa sebagai suatu proses, indigenisation berlangsung dengan dua cara. Pertama, bangkit dan berkembang dalam suatu kebudayaan tertentu dan menggunakan konstruk, kreasi-kreasi kolektif, dan kategori-kategorinya, disebut sebagai “internal indigenization”. Kedua, mengacu kepada suatu proses perubahan elemen-elemen yang diimpor dari dan membuat elemen-elemen tersebut tepat dalam lingkungan sosial budaya, disebut sebagai “indigenization of exogenous”.
Dalam publikasi istilah indigenous dan indigenization kerapkali digunakan bertukaran. Sesungguhnya kedua istilah tersebut berbeda, yakni indigenous merujuk pada yang diturunkan dan berkembang dalam budaya tertentu dan menggunakan kreasi-kreasi kolektifnya, konstruk-konstruk, dan kategori-kategori. Sedangkan indigenization merujuk kepada suatu proses transformasi unsur-unsur modern yang diimpor untuk membuatnya sesuai dengan setting sosial budaya.
Indigenization merupakan suatu proses yang berlangsung dari pada suatu hasil akhir; indigenization berlangsung gradual.

C. TIPE DAN LEVEL INDIZENIZATION

Indigenization dapat terjadi secara : 1. Struktural, substantif (content), teoritis (Kumar, 1979, p. 104 – 105), dan dalam metode-metode. Dari segi levelnya, indigenization dapat berlangsung pada level : 1. Menseleksi aitem-aitem dan stimulus dalam suatu test, 2. Memilih instrumen dan prosedur, 3. Pendefenisian konsep-konsep teoritis, dan 4. Memilih topik-topik penelitian, metode (Sinha dalam Berry, J. W.; Poortinga, YPE; dan Pandey, J. (1997).
D. ASAL MULA INDIGENOUS KONSELING
Pada masa-masa dahulu dan sekarang, masih ditemui kecenderungan mempelajari individu di berbagai tempat dengan kerangka acuan teori tertentu saja, yakni teori-teori Barat, dan kurang . memperhatikan lingkungan sosial budaya individunya. Keadaan ini berlangsung oleh karena literatur-literatur yang tersedia umumnya dari Amerika dan masih terbatasnya kemampuan negara-negara bekembang untuk menulis dan memproduksi cetak serta mempublikasikan literatur-literatur serta temuan-temuan penelitian dari masyarakatnya sendiri. Sehingga masyarakat negara-negara berkembang umumnya menggunakan literatur dan hasil -hasil penelitian yang tersedia, yakni yang berasal dari Barat (Amerika). Sampai saat ini mainstream psikologi dan konseling di Indonesia maupun di negara-negara berkembang lainnya adalah Amerika Serikat. Di samping itu kuat kecenderungan para ahli Amerika hanya menggunakan literatur-literatur Barat atau Amerika, walaupun ada publikasi literatur di luar Barat yang diproduksi dalam bahasa Inggeris. Hal ini menyebabkan teori-teori Barat umumnya hanya berlandaskan kepada nilai-nilai dan praktek kehidupan masyarakat Barat dan berakibat pada tidak atau kurang sesuai untuk diterapkan di tempat/wilayah/daerah/negara lain di luar Barat.
Belakangan ini muncul pendapat-pendapat yang menolak teori-teori Barat, terutama dari negara-negara Asia, negara-negara bekas jajahan dan negara-negara sedang berkembang seperti China, Korea, Philipina, India, Afrika, Amerika Latin (seperti Cuba, Mexico), Jepang, Pakistan dan dunia Muslim, Turki dan Indonesia. Negara-negara ini menganggap bahwa psikologi Amerika adalah monocultural, merupakan budaya anglo-saxon, dan indigenous Amerika. Keadaan-keadaan ini pada akhirnya memunculkan reaksi berupa gerakan “cross-cultural counselling”, “cross-cultural psychology”, dan “indigenous psychology”.

E. KONSEP DAN PROSPEK KONSELING INDIGENOUS

Konseling indigenous mengandung arti konseling yang berakar kepada sistem pengetahuan dan praktek masyarakat, tempat dimana individu menginternalisasi sistem pengetahuan dan praktek perilakunya. Pengakaran kepada “setempat” ini tidak berarti mengabaikan konsep-konsep konseling, konsep-konsep psikologi yang dianggap universal, yang biasanya dihasilkan oleh negara-negara Amerika Serikat. Misalnya kita tidak dapat mengabaikan teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Kohlberg sebagai teori universal, meskipun belakangan ini banyak kritik atas keuniversalannya. Contoh lain, penerapan teknik-teknik konseling; individu yang menunjukkan kecerdasan, dominan, kreatif, dan mandiri, diberikan teknik konseling cenderung non direktif, sebaliknya individu yang pasif, kurang cerdas, tidak berdaya, diberikan teknik cenderung direktif. Teknik konseling beserta ciri-ciri penerapannya dianggap sebagai konsep universal yang dapat diterapkan dalam berbagai budaya yang berbeda. Dengan demikian, konseling indigenous menggunakan sistem pengetahuan dan praktek masyarakat setempat dan tidak mengabaikan kemungkinan mengadopsi prinsip-prinsip, konsep-konsep dari tempat lain (selalu diasosiasikan indigenous Barat = Amerika). Indigenous itu sendiri pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh universalisme melalui pengumpulan dan silang berbagai indigenous.
Beberapa pokok pikiran yang perlu diperhatikan berkaitan dengan konseling indigenious adalah : 1. Pengetahuan dan praktek konseling tidak dipaksakan dari luar, melainkan hal-hal yang diperoleh atau datang dari luar dan yang ada dari dalam digunakan untuk peningkatan konseling; 2. Individu dipahami bukan dari sistem pengetahuan, nilai, dan perilaku luar yang diimpor, melainkan pada kerangka acuan lokal dimana individu menginternalisasi; 3. Konseling indigenous meng-kerangkai pengetahuan konseling dan menjadi dasar dalam merancang konseling yang tepat dengan individu, sehingga ia merupakan suatu route (jalan) menuju yang konseling yang lebih tepat; 4. Indigenization bukan suatu sangkalan ethnosentrik Barat atau suatu pertentangan antara tradisional dan modern. Indigenization bukan suatu pendekatan untuk menemukan masa lalu dan berpegang pada masa lalu itu sepenuhnya ataupun gagasan-gagasan Barat yang ditolak dengan mudah karena gagasan-gagasan itu asing dan karenanya buruk.
Prospek yang diperoleh dari konseling indigenious adalah, pertama, memungkinkan terjadinya “assimilative synthesis”, yaitu titik temu antara nilai-nilai tradisional setempat dengan yang diimport untuk menghasilkan integrasi organik. Sistem pengetahuan dan praktek yang bermakna dipelihara dan pengetahuan yang lama dimunculkan kembali dalam bentuk-bentuk baru disesuaikan dengan kebutuhan saat ini. Gopal (1989, p. 61) mengemukakan bahwa proses integrasi dapat dipandang sebagai suatu “pergolakan bagi munculnya kesadaran”, suatu tantangan terhadap dominasi intelektual Barat dan suatu pencarian untuk memperbaiki identitas orang yang sudah hilang (Sinha, dalam Berry, J. W.; Poortinga, YPE; dan Pandey, J. (1997). Kedua, konseling indigenous merupakan langkah diperolehnya prinsip-prinsip, konsep-konsep konseling universal. Ketiga, mengurangi keekstriman pandangan bahwa relativisme kebudayaan mengingkari prinsip-prinsip yang universal. Sehubungan dengan butir kedua dan ketiga ini di dalam psikologi, Sinha (1997 :134) mengatakan : “one of the main goals of the indigenous psychology approach is the discovery of universal facts and principles. There is awidespread misunderstanding that it is committed to cultural relatism and denies the existence of universal psychological principles”.
Indigenization mempunyai dua perhatian, yaitu kebutuhan peng-akaran di dalam setting budaya tertentu dan mendapatkan keuniversalan. Kedua aspek ini tidak selalu diharapkan. Pendukung-pendukung indigenous yang berlebihan dalam mendukung relativisme budaya dan pada sisi lain merasa curiga terhadap dominasi Barat, merupakan kesulitan pengembangan indigenous. Seyogianya, kerangka pikir yang tepat muncul dari pandangan bahwa konseling indigenious merupakan perspektif lain dalam mempelajari perilaku manusia.
Tujuan konseling indigenous untuk lebih memahami manusia hanya dapat dicapai dengan menganalisis perilaku-perilaku manusia di dalam konteks budayanya dan memperoleh prinsip-prinsip konseling universal melalui kerja sama dengan seluruh indigenousi-ndigenous lain, termasuk indigenous Barat. Oleh karenanya indigenous harus dipandang sebagai cikal-cikal yang akan membentuk konseling yang lebih meliput. Menerima dan menolak prinsip-prinsip dan teori-teori mainstream konseling (Amerika) tidak merusak orientasi konseling indigenous, sepanjang diperlukan untuk penyesuaian konteks budaya. “Indigenization is a necessary step towards the establishment of true universals in psychology which are proved, rather than merely assumed” (Sinha, 1997 : 161).
Berry, J. W. , dan kawan-kawan (2002) memandang bahwa melalui indigenous psychology ditemukan keseimbangan antara psikologi sendiri dengan psikologi Barat. Pada satu pihak hal ini tidak mengabaikan capaian psikologi Barat dan perputaran budaya lokal. Di pihak lain ethnosentrisme psikologi Barat membuat ethnosentrisme ini perlu mengangkat pandangan-pandangan lain dalam memahami perilaku manusia. Ia mengemukakan pula bahwa kita tidak akan pernah tahu, apakah semua data yang beragam dan pandangan budaya yang telah dipadukan ke dalam psikologi universal yang tuntas, jika kita tidak menanam jaringan seluas mungkin agar dapat memperoleh seluruh informasi yang relevan.
Seorang dari pendukung yang paling kuat indigenous (psychology), Enriquez (1993) lebih jauh mengatakan bahwa indigenous (psychology) tidak hanya menunjuk ke “psikologi global” sebagai tujuannya, tetapi suatu model untuk pencapaian melalui “pendekatan indigenous silang”. “Perbedaan budaya dari dunia ditarik sebagai sumber pengetahuan budaya. Sasaran yang membuahkan hasil kemudian disebut pengetahuan silang budaya (dalam Berry, J. W.; Poortinga, YPE; dan Pandey, J. (1997).
Kontroversi adalah penting bagi kemajuan ilmu dan mencegah ilmu itu menjadi kaku dan tergelincir ke dalam dogma-dogma dan bahwa tantangan-tantangan dan kontroversi akan membawa kebenaran ilmiah. Misalnya, keadilan selalu muncul dari adanya kontroversi. Paradigma-paradigma baru dan perspektif-perspektif alternatif adalah esensial bagi pertumbuhan ilmu yang sehat, dalam hal ini, indigenous merupakan langkah penting dalam perkembangan konseling. Pandangan Kuhn (1970) tentang revolusi ilmu mengedepankan pentingnya perkembangan paradigma-paradigma yang akan menyempurnakan dan menggantikan paradigma-paradigma lama yang tidak lagi terbukti.
Upaya penempatan individu dalam konteks budayanya merupakan salah satu upaya penghindaran “dehumanisasi” dan “depersonalisasi”. Manusia harus dipandang sebagai makhluk yang subyektif, yang berbeda dari benda, dan tidak bisa diperlakukan sama dengan individu lain. Setiap individu membutuhkan diperlakukan sesuai dengan keuniqan-keuniqannya sendiri, didekati sesuai dengan kepribadiannya, serta di dalamnya ada nilai-nilai budaya yang harus dihargai.
Pendekatan indigenous dalam konseling pada dasarnya merupakan penghargaan akan humanism dan personalism. Sikap humanism dan personalism bukan hanya sampai kepada pembedaan individu dari benda atau makhluk yang lebih rendah (hewan), melainkan harus melihatnya lebih dari sekedar SDM (Sumber Daya Manusia). Fuad Hasan menempatkan evaluasi atas manusia sebagai SDM yang diberi “nilai tambah”. Pentingnya pandangan terhadap manusia sebagai SDM yang mempunyai “nilai tambah”, dikemukakan oleh Fuad Hasan dengan tandas. Ia mengakatan : “Sekali lagi, bukannya keliru untuk berbicara tentang manusia sebagai sumberdaya, melainkan perlu tetap disadari bahwa pengertian itu tidak meliputi manusia seutuhnya, yaitu sebagai kepribadian yang berlanjut mekar atas perkembangannya sendiri. Pengingkaran terhadap kenyataan ini niscaya akan menjerat kita dalam pandangan yang reduktif tentang manusia. Menilai manusia sekedar sebagai sumberdaya dan mengabaikan kenyataan sebagai eksistensi subyektif adalah permulaan dari suatu distorsi tentang citra manusia dengan identitas dan integritas kepribadiannya. Pandangan yang reduktif itu sudah merupakan ancang-ancang menuju dehumanisasi, tentunya dengan segala konsekuensi etik yang berkenaan dengan perilaku dan perlakuan kita terhadap sesama manusia” (Fuad Hasan, 1998 : 111). .
Pada akhir sub paparan ini dapat disimpulkan bahwa pelibatan indigenous di dalam konseling akan menempatkan kajian yang relevan dalam konteks budaya individu dan menghindari evaluasi manusia yang dehumanisasi dan depersonalisasi.
F. CONTOH INDIGENOUS DI JEPANG, PAKISTAN DAN NEGARA ISLAM LAINNYA, SERTA CHINA DAN NEGARA-NEGARA BERBAHASA CHINA
Sinha dalam Berry, J. W.; Poortinga, YPE; dan Pandey, J. (1997) mengemukakan contoh-contoh indigenous di negara-negara ini..
1. Jepang
· Di Jepang, Indigenization dalam hal : a. Teknik-tekni psikoterapi; b. Manajemen; c. Nilai-nilai sosialisasi dan pengasuhan anak; d. Dalam psikologi sosial.
· Zen Budhism menjadi jalan riset psikologi lokal. Minat khusus pendekatan indigenous pada terapi, terkenal terapi Morita dan terapi Naikin.
· Terapi Morita berakar dari budaya Jepang tentang Amae . Terapi Morita dipengaruhi oleh perlakuan penganut Budha terhadap bermacam-macam gangguan neurosa. Ciri utamanya melakukan bed rest dan bimbingan terapi kerja (Reynolds, 1981). Proses terapi menggambarkan amae (kebutuhan akan ketergantungan), yang dinilai tinggi di dalam kehidupan Jepang dan hubungan-hubungan interpersonal. Implikasinya : “keinginan dicintai” atau “kebutuhan tergantung”, dan tuntutan pada “persetujuan tanpa protes” terhadap keadaan yang terjadi. Hal ini merupakan sentral kehidupan orang Jepang yang merefleksikan suatu dasar psikologis yang berbeda dengan dunia Barat. Tujuan terapi Morita sebagaimana dikemukakan oleh Pedersen (1981) adalah pasien menerima suatu realitas-realitas hidup dari pada membawa realitas-realitas hidup ke dalam suatu keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan.
· Terapi Naikin menggambarkan suatu introspeksi untuk menemukan dan merealisasikan personal dan kesalahan otentik, untuk tidak mengganggu orang lain, dan dimaksudkan untuk mencapai sikap positif. Tujuan terapinya adalah agar klien menemukan kesalahan dan bersyukur kepada perubahan self image dan sikap interpersonal. Akar Naikan merupakan kunci untuk memahami struktur kepribadian orang Jepang, disebut sunao. Sunao mempunyai bermacam-macam arti, implikasinya : kepatuhan, penerimaan (dari pada bersifat tegas),open minded, bebas dari bersifat antogonis dan persaingan, memelihara keharmonisan dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini dimaksudkan untuk menjadikan orang yang rileks, fleksibel, lemah lembut, terbebas dari frustasi dan konflik.
· Dalam wilayah psikologi sosial, dibicarakan tentang ethos sensitivitas sosial. Akibatnya mereka secara ekstrim memperhatikan relasi-relasi dan interaksi-interaksi sosial.
2. Pakistan dan Dunia Islam
· Di Pakistan, indigenization digali dari perhatian para ahli psikologi terhadap perumusan dan pelaksanaan perencanaan pembangunan nasional dan transformasi ekonomi. Pembangunan umum dalam dunia Muslim mendorong indigenization. Minat di dalam praktek-praktek indigenous kesehatan dan elemen-elemen psikologis sufism sudah dikembangkan.
· Di negara-negara Islam lain psikologi sebagai suatu sistem berkembang baik. Secara intrinsik Psikologi diterima, dapat digunakan di dalam konteks nilai-nilai Islam. Para ahli psikologi Arab memperlihatkan minat khusus dalam menganalisis model Islam tentang perubahan dan penyelidikan hubungan antara etika kerja Islam dan perkembangan organsisasi. Jika nilai budaya Islam diidentifikasi dan dipahami secara benar, memfasilitasi perubahan dan perkembangan organisasi.
3. China dan Negara-Negara Berbahasa China
· Di China dan wilayah-wilayah berbahasa China khususnya Hongkong dan Taiwan, pendekatan indigenious direfleksikan dalam 5 cara :
Pertama :
q Minat khusus pada yang sudah ditanamkan di dalam pikiran psikologis filosof-filosof purbakala dan pemikir-pemikir sosial. Misalnya tulisan-tulisan confusius, Mencius, Gao Zi.
q Pada awalnya psikologi modern merupakan hasil import, dan berhubungan dengan psikologi A.S. dan Eropa, kemudian ke orang China yang menganut prinsip Marxist dan Psikologi Soviet. Belakangan ini di China sudah dipengaruhi oleh peningkatan tradisi mereka sendiri dari peradaban purbakala dan kebudayaan, pikiran modern Barat, dan struktur politik zaman sekarang.
Kedua :
q Psikologi import tidak mampu menjawab kebutuhan masyarakat China, tetapi diterapkan dalam bentuk Barat baru dalam pendidikan dan progran-program industri.
Ketiga :
q Pendekatan indigenous dibuktikan di dalam psikologi perkembangan, sebagai satu dari area utama studi di China, misalnya perkembangan berpikir Piaget, perkembangan moral Kohlberg. Model Kohlberg direvisi sesuai masyarakatnya. Model China menitik beratkan model Ch’ing (sentimen dan afeksi manusia) dari pada Li (pikiran atau akal), dan nilai-nilai Confucian dari jen (cinta, keintian manusia, kebajikan, dan simpati), anak yang saleh, solidaritas kelompok, kolektivitas dan kemanusiaan. Nilai-nilai ini merupakan rekonseptualisasi perkembangan moral khususnya yang paling tinggi, moralitas post konvensional.
q China mempunyai sejumlah besar indigenious kesehatan yang dikemukakan oleh para ahli psikologi dan profesi-profesi lain,seperti akupuntur dan kaligrafi digunakan untuk terapeutik.
q Dapat disimpulkan bahwa para ahli psikologi China dipusatkan membangun perkembangan indigenous, dan bahwa ketergantungan psikologi China atas psikologi Barat tidak terjadi karena kekuatan acuan mereka pada sumber-sumber Chinanya.
Kelima :
q Manifestasi indigenisasi di China adalah area psiklogi sosial. Berkaitan dengan orientasi relasi, dunia orang China mempunyai ciri-ciri : “situation centered”, dengan tanda-tanda secara permanent menghubungkan manusia dalam keluarga dan clan. Dalam konstelasi manusia yang mendasar ini individu dikondisikan untuk mencari saling ketergantungan. Di Barat berpusat pada diri individu, dan kepercayaan diri merupakan orientasi dasar menghadapi kehidupan dan lingkungan. Di China, arti manusia ditemukan dalam hubungan-hubungan interpersonal dimana individu dipandang dalam hal keseluruhan yang lebih luas. Dalam konsep orang China Tengah tentang ren atau jen (person), penempatan individu dalam jaringan hubungan interpersonal. Mereka mementingkan keseimbangan psikososial. Konsep-konsep orang China tradisional yang telah digunakan secara umum dalam memahami perilaku sosial adalah quanxi (kesalingtergantungan), “kesalehan anak”, yin (penyebab yang prinsip) dan yuan (penyebab tambahan), dan kebenaran atau keadilan. Yin dan yuan dianggap menjadi basis hubungan interpersonal. Orientasi kelompok dan orientasi yang lain direfleksikan dalam suatu predisposisi menuju kepada pola-pola perilaku seperti konformitas sosial, strategi tidak menyerang, patuh pada harapan-harapan sosial, dan takut pada opini luar dalam mencoba satu atau lebih tujuan untuk mencapai ganjaran, memelihara keharmonisan, mengelola impresi, penerimaan sosial, dan menjauhi hukuman, rasa malu, konflik, penolakan di dalam situasi sosial.
G. BAGAIMANA KONSELING INDIGENIOUS DILAKUKAN DI INDONESIA ?
Untuk menjawab pertanyaan ini perlu kajian luas dan membutuhkan lembaran kertas yang banyak. Dalam lembaran terbatas ini, penulis mengemukakan pendapat singkat bahwa konseling indigenous di Indonesia harus menggali nilai-nilai budaya (dalam berbagai wujud, antara lain pikiran, pengetahuan, seni, kebendaan, perilaku, dan nilai-nilai itu sendiri) dari nenek moyang yang sudah hampir hilang dan yang masih bertahan dalam kehidupan keseharian masyarakat serta mengadopsi nilai-nilai di luar nilai-nilai budaya Indonesia. Nilai-nilai ini diseleksi, yang bermakna dipertahankan dan yang kurang mendukung dan merusak dihilangkan. Nilai-nilai seperi gotong royong, kebersamaan, toleransi, tenggang rasa, hormat orang tua, merupakan nilai-nilai yang perlu dipertahankan, dan nilai-nilai yang menunjukkan mentalitas lemah yang banyak ditemukan pada masa pasca revolusi harus dihilangkan. Koentjaraningrat (1987) mengemukan beberapa mentalitas pembangunan yang lemah yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, yaitu mentalitas meremehkan waktu, tidak percaya pada diri sendiri, tidak berdisiplin murni, dan suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh. Nilai budaya Barat seperti disiplin tinggi, bekerja dengan perencanaan, merupakan nilai-nilai yang perlu diadopsi. Teori mereka tentang tentang persepsi perlu diaplikasikan, namun teori-teori tentang pola asuh orang tua terhadap anak masih perlu dipertimbangkan. Contoh lain, teori Piaget tentang kemampuan berpikir dan teori perkembangan moral Kohlberg, yang populer dipandang sebagai teori universal di Amerika, tetapi ramai diperdebatkan (Jahoda dan Krewer, 1987; Sinha, 1987), perlu dikaji lebih dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Berry, J. W., et. Al. 2002. Cross-Cultural Psychology : Research and Applications. Second Edition.Cambrige university Press, New York.
Dedi Supriadi. 2001. Konseling Lintas-Budaya : Isu-Isu dan Relevansinya di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Bimbingan dan Konseling Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Fuad Hasan. 1998. Studium Generale. Dirjen Dikti Depdikbud, Jakarta.
Jahoda, G., B. Krewer. 1987. History of Cross-Cultural and Cultural Psychology in Berry, J. W., Poortinga, YPE H., and Pandey, J. 1997 (ed.). Handbook of Cross-Cultural Psychology : Theory and Method. Second edition. 1997. Allyn and Bacon A Viacom Company, United States of America
Koentjaraningrat. 1987. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia, Jakarta.
Kuhn T. S. 1970. The Srtucture of Scientific Revolutions. Second Edition. The University of Chicago Press, Chicago.
Sinha, D. 1997. Indigenizing Psychology in Berry, J. W., Poortinga, YPE H., and Pandey, J. 1997 (ed.). Handbook of Cross-Cultural Psychology : Theory and Method. Second edition. 1997. Allyn and Bacon A Viacom Company, United States of America

5 Jan 2019

Cara Menggunakan Facebook ads bagi pemula agar cepat menghasilkan


Oke agan2 disini saya akan merekomendasikan pembelajaran mengenai facebook ads yang agan2 bisa dapatkan banyak sekali ilmu tentang FB ADS misal mengenai :


  1. cara menggunakan facebook ads di android
  2. cara menggunakan facebook ads tanpa kartu kredit
  3. cara menggunakan facebook ads untuk pemula
  4. cara menggunakan pixel facebook ads
  5. cara efektif menggunakan facebook ads
  6. cara menggunakan facebook lead ads
  7. cara menggunakan jasa facebook ads
  8. cara menggunakan power editor untuk facebook ads
  9. cara menggunakan facebook ads manager
  10. cara beriklan menggunakan facebook ads
  11. Dan lain-lain
Anda bisa mendapatkan semua ilmu2 diatas dengan biaya paling terjangkau atau bisa dibilang termurah...
Langsung klik linknya disini ya...

24 Des 2018

Tatacara dan Tahapan proses bersalin di RS HVA Toeloengredjo Menggunakan BPJS

Sebelumnya saya ucapkan selamat bagi anda yang akan memiliki buah hati, baik berjenis laki-laki ataupun perempuan bagi saya semua sama karena merupakan anugrah besar dari Allah SWT. 

   Baik kali ini saya akan berbagi informasi seputar tatacara dan bagaimana proses dan tahapan jika anda atau istri kita akan melahirkan di RS HVA Toeloengredjo.

Pertama :
Jika anda sudah berlangganan periksa kehamilan setiap bulan maka tentu anda sudah ada gambaran sedikit bagaimana prosesnya.

Jika istri anda sudah merasakan sakit dan sudah ingin mengejan maka dokter atau petugas akan segera menanganinya.

Baik saya akan ceritakan pengalaman saya ketika istri  saya akan melahirkan di RS HVA.
Berhubung kami tidak melakukan periksa bulanan di RS HVA saya sempat bingung bagaimana prosesnya. Langsung saja jika istri anda sudah kesakitan dan anda datang di UGD maka petugas UGD akan langsung merekomendasikan ke Poli Bersalin/anak. Pengalaman saya ketika saya sampai di UGD langsung ada Scurity yang jaga mengambilkan kursi roda istri saya dan langsung di dorongkan ke poli Bersalin dan saya mengikuti di belakangnya tentu saya sudah membawa surat-surat keperluan seperti buku KIA dan foto copy BPJS dan KTP masing-masing 3 lembar.

Setelah itu saya di arahkan oleh staff yang bertugas di poli bersalin untuk mendaftarkan pasien 1 yaitu istri saya. Tentu ada beberapa pertanyaan dan formulir yang harus saya isi, setelah itu saya bergegas mendaftar ke bagian pendaftaran yang letaknya disebelah UGD. 

Ternyata setelah selesai mendaftar dan saya kembali ke poli bersalin anak saya sudah terlahir dan saya tidak sempat menemani disampingnya. Setelah anak saya lahir saya diarahkan kembali oleh dokter yang jaga untuk mengisi formulir lagi dan mendaftakan pasien 2 yaitu anak saya, dan saya kembali mendaftarkan ke bagian pendaftaran lagi.


Setelah itu saya kembali lagi ke poli dan menunggu beberapa saat untuk kemudian dipanggil untuk dijelaskan kembali yaitu jenis kelamin anak yang telah lahir dan diarahkan untuk mengabil air wudhu untuk mengadzani anak saya.

Kelahiran anak saya ini terlahir pada pukul 01:15 dini hari, saya tiba di RS HVA sekitar pukul 12:30 waktu yang sangat singkat dan harus gerak cepat. Baik jadi begitulah prosesnya bagi anda calon orangtua dan calon ayah ibu... 

Terimakasih

Baca Juga :  21 Resep Sehat Mudah Untuk Ibu Hamil

Jajanan unik dan enak di Kampung Inggis Pare 

Baso Aci Mang Ujang - Kampung Inggirs Pare


Pesan Via Grabfood : Klik Pesan



Jasa Tukang Bangunan di Pare Klik Disini




16 Des 2015

Pesan dari Seorang Tuna Wicara



Nama  : Antoni Firdaus
NIM     : 143104101069
PSIKOLOGI KOMUNIKASI




Pesan dari Seorang Tuna Wicara

1.        Ajak semua peserta untuk berdiri dan membagi kelompok, sesuaikan dengan jumlah yang ada. Tekankan pada peserta bahwa permainan ini adalah permainan untuk mengasa konsentrasi. Sehingga ini sangat baik diterapkan pada saat-saat dimana peserta sudah mulai mengantuk dan kehilangan konsentrasi.

2.       Tanyakan pada peserta bagaimana cara seorang tuna wicara berkomunikasi. Tentu semua akan menjawab dengan gerakan tubuhnya. Kemudian mintalah pada peserta untuk memperkenalkan Kelompoknya dengan gerakan tubuhnya. Misalnya “Kami Kuat”, tentu mereka akan memegang dada dan mengankat kedua tangan seperti binaraga.

3.       Setelah kelompok terbagi masing-masing kelompok mewakilkan satu orang untuk maju didepan dan memberikan pesan kepada semua kelompok untuk ditebak. Begitupun dengan kelompok lain secara bergiliran. (Sebelumnya pesan disampaikan kepada moderator)

4.       Selanjutnya masing-masing kelompok penerima pesan menyimpulkan satu jawaban untuk diberikan kepada moderator. (terkecuali kelompok pemberi pesan)

5.      Permainan dimulai. Aturannya adalah setiap kelompok harus memberikan jawaban kepada moderator, jika jawaban benar mendapatkan 1 poin. Jika tidak ada yang benar maka kelompok pemberi pesan mendapatkan 1 poin.

6.       Jika kelompok yang menjawab benar maka kelompok tersebut mendapat giliran untuk menyampaikan pesan kepada kelompok lain.


Pengertian Atonia Uteri, Faktor, Diagnosa, Pencegahan



BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
                                                                                                     
Adapun yang melatarbelakangi makalah ini yang membahas mengenai “ Atonia Uteri” adalah agar kita dapat mengetahui apa itu atonia uteri dan bagaimana cara penatalaksanaan pada atonia uteri. Makalah ini dibuat agar mahasiswa lebih memahami lagi tentang pengertian, penyebab, dan cara penanganan atonia uteri.
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan Pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007).






B. Rumusan Masalah


1. Menjelaskan tentang pengertian atonia uteri
2. Menjelaskan factor penyebab terjadinya atonia uteri
3. menjelaskan tanda dan gejala terjadinya atonia uteri
4. Menjelaskan cara penanganan atau penatalaksanaan atonia uteri

C. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui dan memahami tentang atonia uteri
2. Menambah pengetahuan tentang atonia uteri.
3. Dapat mengetahui mengenai pengertian, etiologi, factor penyebab, dan juga penatalaksanaan atonia uteri.













BAB II

PEMBAHASAN


2.1. Pengertian
Atonia Uteri Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri(plasenta telah lahir). Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot myometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek.
 Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007).

2.2. Faktor Penyebab Terjadinya Atonia Uteri
Beberapa faktor Predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri, diantaranya adalah :
1.      Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya :
-Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
-Kehamilan gemelli
-Janin besar (makrosomia)
2. Kala satu atau kala 2 memanjang
3. Persalinan cepat (partus presipitatus)
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
5. Infeksi intrapartum
6. Multiparitas tinggi
7. magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklamsia atau eklamsia.
8. umur yang terlalu tua atau terlalu muda(<20 tahun dan >35 tahun)
Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.

2.3. Manifestasi Klinis
1. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
2. Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer)

2.4. Tanda dan gejala atonia uteri
1. perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah.
2.    konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya
3. fundus uteri naik
4. terdapat tanda-tanda syok
a. nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b. tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. pucat
d. keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e. pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
f. gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g. urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)


2.5. Diagnosis
Diagnosis ditegakan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti.

2.6. Pencegahan Atonia Uteri
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bonus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam. Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding oksitosin.

2.7. Langkah-langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri
Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien. Pasien bisa masih dalam keadaaan sadar, sedikit anemis, atau sampai syok berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan tergantung pada keadaaan klinisnya.

NO
Langkah Penatalaksanaan
Alasan
1
Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta(maksimal 15 detik)
Masase merangsang kontraksi uterus. Saat dimasase dapat dilakukan penilaia kontraksi uterus
2
Bersihkan bekuan darah adan selaput ketuban dari vaginadan lubang servik
Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat menghalang kontraksi uterus secara baik.
3
Pastikan bahwa kantung kemih kosong,jika penuh dapat dipalpasi, lakukan kateterisasi menggunakan teknik aseptic
Kandung kemih yang penuh akan dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik
4
Lakukan Bimanual Internal (KBI) selama 5 menit
Kompresi bimanual internal memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterusdan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
5
Anjurkan keluarga untuk mulai membantu kompresi bimanual eksternal
Keluarga dapat meneruskan kompresi bimanual eksternal selama penolong melakukan langkah-langkah selanjutnya
6
Keluarkan tangan perlahan-lahan
Menghindari rasa nyeri
7
Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi hipertensi) atau misopostrol 600-1000 mcg
Ergometrin dan misopostrol akan bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus
8
Pasang infus menggunakan jarum 16 atau 18 dan berikan 500cc ringer laktat + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin
Jarum besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat atau tranfusi darah. RL akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama perdarahan.oksitosin IV akan cepat merangsang kontraksi uterus.
9
Ulangi kompresi bimanual internal.
KBI yang dilakukan bersama dengan ergometrin dan oksitosin atau misopostrol akan membuat uterus berkontraksi.
10
Rujuk segera
Rujuk segera Jika uterus tidak berkontaksiselama 1 sampai 2 menit, hal ini bukan atonia sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat darurat di fasilitas yang mampu melaksanakan bedah dan tranfusi darah
11
Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI
Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI Kompresi uterus ini memberikan tekanan langung pada pembuluh darah dinding uterus dan merangsang uterus berkontraksi
12
Lanjutkan infus RL +20 IU oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju 500 cc/ jam sehingga menghabiskan 1,5 I infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 500 cc yang kedua dengan kecepatan sedang dan berikan minum untuk rehidrasi
RL dapat membantu memulihkan volume cairan yang hilang akibat perdarahan. Oksitosin dapat merangsang uterus untuk berkontraksi.

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.

Manajemen Atonia Uteri ( Penatalaksanaan)
  1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.

  1. Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik),Jika uterus berkontraksi maka lakukan evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera

  1. Jika uterus tidak berkontraksi maka :
Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong,Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
- Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan    perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat.
- Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi KBI
- Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala empat

Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera

  1. pemberian Uterotonika
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.

Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.
Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil prostaglandin F2alfa. Dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g). Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik. Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka kesuksesan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi perdarahan masif yang terjadi.

  1. Operatif
 Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping uterus setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar di bagian avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium. Jahitan kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina yang menuju ke servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian.

  1. Ligasi arteri Iliaka Interna
Identiffikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk melakukannya harus dilakukan insisi 5-8 cm pada peritoneum lateral paralel dengan garis ureter. Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik ke medial kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifurkasio iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri, dan dengan menggunakan benang non absobable dilakukan dua ligasi bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna. Identifikasi denyut arteri iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan sebelum dan sesudah ligasi.Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan. Dalam melakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu dan kondisi pasien.

Teknik B-Lynch

Teknik B-Lynch dikenal juga dengan “brace suture”, ditemukan oleh Christopher B Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk mengatasi perdarahan pospartum akibat atonia uteri.

  1. Histerektomi
 Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika terjadi perdarahan pospartum masif yang jmembutuhkan tindakan operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.

  1. Kompresi bimanual atonia uteri
Peralatan : sarung tangan steril; dalam keadaan sangat gawat; lakukan dengan tangan telanjang yang telah dicuci.
Teknik :
 Basuh genetalia eksterna dengan larutan disinfektan; dalam kedaruratan tidak diperlukan
1.      Eksplorasi dengan tangan kiri
Sisipkan tinju kedalam forniks anterior vagina
1. Tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan menangkap uterus dari belakang atas
2. Tangan dalam menekan uterus keatas terhadap tangan luar.

 Ia tidak hanya menekan uterus, tetapi juga meregang pembuluh darah aferen sehingga menyempitkan lumennya.Kompresi uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit.Bi
asanya ia sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering menghentikan perdarahan secara sempurna.










BAB III

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

KONSEP DASAR MANAJEMEN KEBIDANAN

PADA KASUS PERSALINAN DENGAN ATONIA UTERI


3.1. Pengkajian Data

a. Data Subjektif

1. Biodata :
- Nama pasien: untuk membedakan pasien satu dengan yang lainnya.
- Umur : untuk menentukan apakah ibu itu beresiko atau tidak, biasanya atonia uteri ini terjadi pada usia <20 tahun karena alat reproduksi belum matang dan > 35 tahun karena ditakuti terjadinya perdarahan postpartum
- Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang bahaya, tanda dan gejala atonia uteri.
- Pekerjaan : untuk menilai status ekonomi dan status gizi ibu.
- Alamat : untuk mempermudah menghubungi keluarga jika terjadi sesuatu terhadap ibu.

2. Keluhan
- Alasan mengapa klien tersebut datang kerumah sakit dan apa yang dirasakan klien.
- Biasanya yang ditemui pada atonia uteri ibu mengeluh pusing,gelisah, berkeringat/ kulit terasa dingin


3. Riwayat perkawinan
- Kemungkinan diketahui status perkawinan, umur waktu kawin, berapa lama kawin baru hamil. Biasanya pada perkawinan usia terlalu mudadan terlalu tua (<20 tahun dan > 35 tahun) dapat meningkatkan actor resiko atonia uteri.

4.                  Riwayat Menstruasi
-                      Yang ditanyakan adalah HPHT untuk menentukan taksiran persalinan, siklus,lama,banyaknya, bau,warna dan apakah nyeri waktu haid, serta kapan mendapat haid pertama kalinya.

5.                  Riwayat obstetric yang lalu
-                      Kehamilan yang lalu, kemungkinan klien pernah mengalami mual,muntah, atau perdarahan.
-                      kemungkinan klien pernah mengalami hamil kembar (gemeli)
-                      pada multiparitas, apalagi bila jaraknya singkat. Ini bisa membuat kontraksi uterus tidak baik, sehingga uterus tidak berkontraksi dan lembek

6.                  Riwayat kehamilan sekarang
-                      Ibu merasakan gerakan janin secara teratur.
-                      Ibu memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan, mendapatkan imunisasi TT,dan tablet Fe
-                      Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan

7.                  Riwayat kontrasepsi
-                      untuk mengetahui apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi serta menanyakan jarak antara penghentian pemakaian kontrasepsi dengan kehamilan,karena saat penghentian kontrasepsi kadar hormon gonadotropin lebih meningkat.

8.                  Riwayat kesehatan
-                      Riwayat kesehatan yang lalu :untuk mengetahui apakah klien pernah menderita penyakit jantung, DM, hipertensi, dan penyakit lainnya.

b. Data Objektif

a.                   Pemeriksaan umum
 Kemungkinan ditemukan keadaan umum klien, yang mencakup kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, tinggi badan, berat badan dan keadaan umum klien.
Biasanya pada atonia uteri hasil pemeriksaannya yaitu ;
-                      tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg.
-                      nadi cepat dan lemah ( 110 kali/ menit atau lebih).
-                      pernafasan cepat dengan frekuensi30 kali/ menit atau lebih.
-                      keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap

b.                  Pemeriksaan khusus
1.                  inspeksi
- Ibu terlihat pucat,gelisah dan binggung
- Ibu berkeringat Banyaknya keluar darah disertai gumpulan yang melebihi batas normal .
2. Palpasi
Saat dilakukan palpasi teraba uterus lunak,lembek, dan fundus uteri naik dan tidak berkontraksi
3. Auskultasi: tidak dilakukan
4. Perkusi: tidak dilakukan

c.                   Pemeriksaan penunjang :tidak dilakukan

3.2.            Interprestasi Data

a. Diagnosa : Ibu parturien kala IV dengan Atonia Uteri.
 Dasar :
-          Perdarahan segera setelah bayi dan plasenta lahir(post partum primer)
-          Uterus tidak berkontraksi dan lembek
-          Fundus teraba setinggi pusat setalah kelahiran plasenta
-          Keluar darah sebanyak 500cc-1000cc

b. Masalah
Kemungkinan masalah yang timbul:
-          Lemas, ibu tampak pucat, kulit terasa dingin dan lembab.
 Dasar : terjadi perdrahan melebihi 500 cc.
-          Gangguan rasa nyaman.
Dasar : ibu tampak gelisah dan banyaknya darah yang keluar dari kemaluan ibu.

3.3. Diagnosa Dan Masalah Potensial

a. Masalah potensial :
1. Anemia
Dasarnya: uterus tidak berkontraksi dan lembek sehingga banyak keluar darah dari pembuluh darah ,tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti.
2. Syok berat hipovolemik
Dasarnya :ibu mengalami kekurangan banyak cairan karena uterus tidak berkontraksi dengan baik.

b. Diagnosa potensial :
1. Perdarahan postpartum
Dasarnya : overdistensi dan implantasi plasenta yang agak luas akan mengakibatkan atonia uteri dan menimbulkan perdarahan postpartum.im
plantasi plasenta yang luas dan dalam juga dapat menyebabkan retensio plasenta sehingga menimbulkan perdarahan postpartum.
2 . Tindakan Segera
-          Pantau keadaan ibu dan tanda- tanda vital ibu untuk mencegah terjadinya tanda dan gejala syok.
-          Masase fundus uteri dan merangsang puting susu.
-          Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan secara IM,IV,atau SC .
-          Memberikan drivat prostaglandin F2a ( carboprost tromethamine ) yang kadang memberikan efek samping berupa diare, hipertensi, mual muntah, febris, dan taki kardia.
-          Pemberian misoprostol 800-1000ug per rectal
-          kompresi bimanual internal
-          Ajarkan keluraga cara Kompresi bimanual eksternal
-          Kompresi aorta abdominalis
-          Pasang infuse RL untuk mencegah dehidrasi pada ibu akibat perdarahan yang di alami
-          Jika perdarahan tidak berhenti segera rujuk pasien ke fasilitas yang lebih memadai untuk menghidari terjadinya komplikasi yang lebih berat yang akan berujung pada kematian, disertai inform consent.
3. Intervensi
-          Beritahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
-          Pantau TTV ibu
-          Lakukan massase fundus uteri





















BAB IV

KESIMPULAN


Atonia Uteri
  1. Pengertian
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan postpartum dengan penyebab uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena penerimaan gerakan keluarga berencana makin meningkat (Manuaba & APN).
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi.
Batasan: Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.

  1. Penyebab :
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti :
1. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi.
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi.
6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
  1. Gejala Klinis:
· Uterus tidak berkontraksi dan lunak
· Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (P3).
  1. Pencegahan atonia uteri.
 Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III, yaitu pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10U IM, atau 5U IM dan 5 U Intravenous atau 10-20 U perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam.
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.Oksitosin mempunyai onset yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti preparat ergometrin. Masa paruh oksitosin lebih cepat dari Ergometrin yaitu 5-15 menit.
Prostaglandin (Misoprostol) akhir-akhir ini digunakan sebagai pencegahan perdarahan postpartum.
  1. Penanganan Atonia Uteri
Penanganan Umum
· Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
· Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital(TNSP).
· Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk dengan cepat.
· Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan pemberian cairan cepat, Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
· Pastikan bahwa kontraksi uterus baik.
· lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif. berikan 10 unit oksitosin IM
· Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.
· Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina, dan perineum.
· Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah. Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadarHemoglobin:
· Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%( anemia berat):berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;
· Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;

Penanganan Khusus
· Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.
· Teruskan pemijatan uterus. Masase uterus akan menstimulasi kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan.
· Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
· Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
· Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong.
Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan. Jika perdarahan terus berlangsung:

Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal atau robeknya membran dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.La
kukan uji pembekuan darah sederhana.

Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.

Sikap bidan

Penanganan atonia uteri

Teknik KBI
1. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke intraktus dan ke dalam vagina itu.
2. Periksa vagina & serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
3. Letakkan kepalan tangan pada fornik anterior tekan dinding anteror uteri sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam.


Kompresi bimanual eksterna (KBE)

4. Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merang sang miometrium untuk berkontraksi.

5. Evaluasi keberhasilan:
- Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBl selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina. Pantau kondisi ibu secara melekat selama kala empat.
- Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa perineum, vagina dari serviks apakah terjadi laserasi di bagian tersebut. Segera lakukan si penjahitan jika ditemukan laserasi.
- Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE, Gambar 5-4) kemudian terus kan dengan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta tolong keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.

Alasan: Atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBl, jika KBl tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.

  1. Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi). Alasan : Ergometrin yang diberikan, akan meningkatkan tekanan darah lebih tinggi dari kondisi normal.

  1. Menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500 ml larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.
Alasan: Jarum dengan diameter besar, memungkinkan pemberian cairan IV secara cepat, dan dapat langsung digunakan jika ibu membutuhkan transfusi darah. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer Laktat akan membantu mengganti volume cairan yang hiking selama perdarahan.


  1. Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI.
Alasan: KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin dapat membantu membuat uterus-berkontraksi.

9. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu sampai 2 menit, segera lakukan rujukan Berarti ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat-darurat di fasilitas kesehatan yang dapat melakukan tindakan pembedahan dan transfusi darah.

10. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI hingga ibu tiba di tempat rujukan. Teruskan pemberian cairan IV hingga ibu tiba di fasilitas rujukan:
a. Infus 500 ml yang pertama dan habiskan dalam waktu 10 menit.
b. Kemudian berikan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 liter, dan kemudian berikan 125 ml/jam.
c. Jika cairan IV tidak cukup, infuskan botol kedua berisi 500 ml cairan dengan tetesan lambat dan berikan cairan secara oral untuk asupan cairan tambahan.

Kompresi bimanual eksternal

 1. Letakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat di atas simfisis pubis.
 2. Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus uteri), usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.

                                    Kompresi bimanual eksterna (KBE)   

3. Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi pembuluh darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus di antara kedua tangan tersebut. (Pusdiknakes, Asuhan Persalinan Normal)
Jika perdarahan terus berlangsung setelah dilakukan kompresi:
· Lakukan ligasi arteri uterina dan ovarika.
· Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa setelah ligasi.

Uterotonika :
Oksitosin : merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan Larutan Ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
            Metilergonovin maleat : merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg. Obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.
Prostaglandin (Misoprostol) : merupakan sintetik analog 15 metil prostaglandin F2alfa. Misoprostol dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g).
Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen.
Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada ibu dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan gangguan hepatik. Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka keberhasilan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan pemakaian Uterotonika untuk menghindari perdarahan masif yang terjadi. .


                                            

















DAFTAR PUSTAKA


James R Scott, et al. Danforth buku saku obstetric dan ginekologi. Alih bahasa TMA Chalik.
http:/srieniwitra.wordpress.com/2013/09/20/makalah-atonia-uteri/