23 Agu 2019

KONSELING INDIGENOUS (INDIGENOUS COUNSELING)



A. PENDAHULUAN
Konseling merupakan proses pemberian layanan profesional yang berhubungan dengan manusia. Menghadapi manusia berarti menghadapi makhluk yang berdimensi kompleks, meliputi dimensi rasional, emosional, kehendak, keyakinan, nilai-nilai agama dan budaya, kesemua ini terpaut erat menjadi kesatuan jalinan, yang menghasilkan keputusan-keputusan dan praktek perilaku bervariasi. Dalam kajian konseptual, dimensi-dimensi ini dikaji dalam bagian-bagiannya dengan tanpa mengabaikan keterjalinan satu sama lain.
Konseling yang efektif dan juga efisien meletakkan pendekatan ilmunya ke dalam berbagai dimensi manusia, di samping memperhatikan kararkteristik uniq dari masing-masing individu, meliputi keseluruhan personaliti, dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Konseling dalam perkembangan dan upayanya memberi kontribusi terbaik, menaruh perhatian besar terhadap ragam budaya. Perhatian terhadap keaneka ragaman budaya dikenal dengan sebutan “konseling lintas budaya” (cross cultural counseling). Dedi Supriadi (2001) menulis bahwa konseling lintas budaya adalah konseling yang melibatkan konselor dan klien yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan karena itu proses konseling sangat rawan oleh terjadinya bias-bias budaya pada pihak konselor yang mengakibatkan konseling tidak berjalan efektif (Draguns, 1986, Pedersen, 1986). Pendekatan lain di samping pandangan lintas budaya yang baru berkembang di kalangan ilmu-ilmu sosial dan psikologi khususnya adalah pendekatan “indigenous”, “indigenous psychology”.
Sebagai bagian dari ilmu sosial dan keerat-terkaitan konseling dengan ilmu
* Disajikan dalam Konvensi Nasional XIII Bimbingan dan Konseling, Tanggal 8-10 Desember 2003 di Universitas Pendidikan Indonesia..
** Staf Pengajar FIP UNIMED, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Padjadjaran, dan Anggota Pengurus Daerah ABKIN.
lain seperti psikologi, budaya, dan sosiologi, konseling penting menaruh perhatian terhadap pendekatan indigenous. Makalah ini menyampaikan tentang sejauhmana pentingnya keterlibatan indigenous dalam konseling. Dalam kalimat singkat penulis menyebut sebagai : “Konseling Indigenous” (“Indigenous Counselling”). Konseling indigenous akan menghasilkan konseling yang lebih tepat (relevan) sesuai dengan konteks budaya individu (client).

B. KONSEP INDIGENOUS, INDIGENIZATION, DAN INDIGENOUS COUNSELLING

Sinha dalam Berry, J. W.; Poortinga, YPE; dan Pandey, J. (1997) mengemukakan pengertian indigenous dan indigenization, sebagai berikut. Dalam arti biologis untuk bidang untuk bidang epistemologi, indigenous mengacu kepada elemen-elemen pengetahuan yang diturunkan dalam suatu negara atau kebudayaan, dan yang sudah berkembang disana, yang dipertentangkan dengan sesuatu yang diimport atau dibawa dari mana saja. Kamus Oxford Inggeris mengemukakan indigenous (mengacu kepada flora dan fauna) berarti “yang dihasilkan secara alami dalam suatu wilayah; secara alami mengikuti ke bumi/asli (Sykes, 1976). Dari kedua defenenisi ini dapat dipahami bahwa indigenous adalah sistem pengetahuan dan praktek yang ada dan berkembang serta bertahan dalam suatu masyarakat atau wilayah/tempat tertentu. Dengan kata lain berakar di suatu tempat tertentu, bukan sesuatu yang diambil dari wilayah/tempat lainnya.
Heeler (1981 : 3), Segall & Dasen (1992, p. 381) sebagaimana dikemukakan oleh Sinha dalam Berry, J. W.; Poortinga, YPE; dan Pandey, J. (1997) mengemukakan pendapat mereka tentang pengertian indigenous yang dikaitkan dengan psikologi. Heeler (1981 : 3) mengatakan bahwa berbeda dari penelitian-penelitian eksperimen, indigenous psychology mengakar dalam aturan-aturan, klasifikasi-klasifikasi, perkiraan-perkiraan, teori-teori, kiasan-kiasan – penanaman dalam institusi-institusi sosial – yang melahirkan topik-topik psikologis. Dengan kata lain,.mencoba mengembangkan suatu ilmu perilaku yang sesuai dengan realitas-realitas sosial budaya suatu masyarakatnya sendiri (Segall & Dasen, 1992, p. 381). Disini indigenous dibedakan sebagai sesuatu yang dihasilkan dari kehidupan masyarakat baik dalam proses interaktifnya maupun dalam intitusi-intitusinya, bukan dari hasil-hasil percobaan atau rekayasa laboratorium eksperimen. .
Pengertian yang lebih luas dapat diperoleh dari pengertian indigenization. Indigenization mengandung arti proses indigenous. Indigenization mengacu kepada transformasi-transformasi yang dicangkok atau dipinjam di bawah elemen-elemen luar agar mereka memproses ciri-ciri daerah atau kebudayaan (D. Sinha, 1993, p. 34 Sinha dalam Berry, J. W.; Poortinga, YPE; dan Pandey, J. (1997). Indigenization adalah proses mengambil perkembangan dari tempat lain dan mengantarkan modifikasi-modifikasi yang membuat hal ini sesuai dengan kebudayaan baru (p. 62). Mengacu kepada pengertian indigenous dan indigenization, dapat diketahui bahwa sebagai suatu proses, indigenisation berlangsung dengan dua cara. Pertama, bangkit dan berkembang dalam suatu kebudayaan tertentu dan menggunakan konstruk, kreasi-kreasi kolektif, dan kategori-kategorinya, disebut sebagai “internal indigenization”. Kedua, mengacu kepada suatu proses perubahan elemen-elemen yang diimpor dari dan membuat elemen-elemen tersebut tepat dalam lingkungan sosial budaya, disebut sebagai “indigenization of exogenous”.
Dalam publikasi istilah indigenous dan indigenization kerapkali digunakan bertukaran. Sesungguhnya kedua istilah tersebut berbeda, yakni indigenous merujuk pada yang diturunkan dan berkembang dalam budaya tertentu dan menggunakan kreasi-kreasi kolektifnya, konstruk-konstruk, dan kategori-kategori. Sedangkan indigenization merujuk kepada suatu proses transformasi unsur-unsur modern yang diimpor untuk membuatnya sesuai dengan setting sosial budaya.
Indigenization merupakan suatu proses yang berlangsung dari pada suatu hasil akhir; indigenization berlangsung gradual.

C. TIPE DAN LEVEL INDIZENIZATION

Indigenization dapat terjadi secara : 1. Struktural, substantif (content), teoritis (Kumar, 1979, p. 104 – 105), dan dalam metode-metode. Dari segi levelnya, indigenization dapat berlangsung pada level : 1. Menseleksi aitem-aitem dan stimulus dalam suatu test, 2. Memilih instrumen dan prosedur, 3. Pendefenisian konsep-konsep teoritis, dan 4. Memilih topik-topik penelitian, metode (Sinha dalam Berry, J. W.; Poortinga, YPE; dan Pandey, J. (1997).
D. ASAL MULA INDIGENOUS KONSELING
Pada masa-masa dahulu dan sekarang, masih ditemui kecenderungan mempelajari individu di berbagai tempat dengan kerangka acuan teori tertentu saja, yakni teori-teori Barat, dan kurang . memperhatikan lingkungan sosial budaya individunya. Keadaan ini berlangsung oleh karena literatur-literatur yang tersedia umumnya dari Amerika dan masih terbatasnya kemampuan negara-negara bekembang untuk menulis dan memproduksi cetak serta mempublikasikan literatur-literatur serta temuan-temuan penelitian dari masyarakatnya sendiri. Sehingga masyarakat negara-negara berkembang umumnya menggunakan literatur dan hasil -hasil penelitian yang tersedia, yakni yang berasal dari Barat (Amerika). Sampai saat ini mainstream psikologi dan konseling di Indonesia maupun di negara-negara berkembang lainnya adalah Amerika Serikat. Di samping itu kuat kecenderungan para ahli Amerika hanya menggunakan literatur-literatur Barat atau Amerika, walaupun ada publikasi literatur di luar Barat yang diproduksi dalam bahasa Inggeris. Hal ini menyebabkan teori-teori Barat umumnya hanya berlandaskan kepada nilai-nilai dan praktek kehidupan masyarakat Barat dan berakibat pada tidak atau kurang sesuai untuk diterapkan di tempat/wilayah/daerah/negara lain di luar Barat.
Belakangan ini muncul pendapat-pendapat yang menolak teori-teori Barat, terutama dari negara-negara Asia, negara-negara bekas jajahan dan negara-negara sedang berkembang seperti China, Korea, Philipina, India, Afrika, Amerika Latin (seperti Cuba, Mexico), Jepang, Pakistan dan dunia Muslim, Turki dan Indonesia. Negara-negara ini menganggap bahwa psikologi Amerika adalah monocultural, merupakan budaya anglo-saxon, dan indigenous Amerika. Keadaan-keadaan ini pada akhirnya memunculkan reaksi berupa gerakan “cross-cultural counselling”, “cross-cultural psychology”, dan “indigenous psychology”.

E. KONSEP DAN PROSPEK KONSELING INDIGENOUS

Konseling indigenous mengandung arti konseling yang berakar kepada sistem pengetahuan dan praktek masyarakat, tempat dimana individu menginternalisasi sistem pengetahuan dan praktek perilakunya. Pengakaran kepada “setempat” ini tidak berarti mengabaikan konsep-konsep konseling, konsep-konsep psikologi yang dianggap universal, yang biasanya dihasilkan oleh negara-negara Amerika Serikat. Misalnya kita tidak dapat mengabaikan teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Kohlberg sebagai teori universal, meskipun belakangan ini banyak kritik atas keuniversalannya. Contoh lain, penerapan teknik-teknik konseling; individu yang menunjukkan kecerdasan, dominan, kreatif, dan mandiri, diberikan teknik konseling cenderung non direktif, sebaliknya individu yang pasif, kurang cerdas, tidak berdaya, diberikan teknik cenderung direktif. Teknik konseling beserta ciri-ciri penerapannya dianggap sebagai konsep universal yang dapat diterapkan dalam berbagai budaya yang berbeda. Dengan demikian, konseling indigenous menggunakan sistem pengetahuan dan praktek masyarakat setempat dan tidak mengabaikan kemungkinan mengadopsi prinsip-prinsip, konsep-konsep dari tempat lain (selalu diasosiasikan indigenous Barat = Amerika). Indigenous itu sendiri pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh universalisme melalui pengumpulan dan silang berbagai indigenous.
Beberapa pokok pikiran yang perlu diperhatikan berkaitan dengan konseling indigenious adalah : 1. Pengetahuan dan praktek konseling tidak dipaksakan dari luar, melainkan hal-hal yang diperoleh atau datang dari luar dan yang ada dari dalam digunakan untuk peningkatan konseling; 2. Individu dipahami bukan dari sistem pengetahuan, nilai, dan perilaku luar yang diimpor, melainkan pada kerangka acuan lokal dimana individu menginternalisasi; 3. Konseling indigenous meng-kerangkai pengetahuan konseling dan menjadi dasar dalam merancang konseling yang tepat dengan individu, sehingga ia merupakan suatu route (jalan) menuju yang konseling yang lebih tepat; 4. Indigenization bukan suatu sangkalan ethnosentrik Barat atau suatu pertentangan antara tradisional dan modern. Indigenization bukan suatu pendekatan untuk menemukan masa lalu dan berpegang pada masa lalu itu sepenuhnya ataupun gagasan-gagasan Barat yang ditolak dengan mudah karena gagasan-gagasan itu asing dan karenanya buruk.
Prospek yang diperoleh dari konseling indigenious adalah, pertama, memungkinkan terjadinya “assimilative synthesis”, yaitu titik temu antara nilai-nilai tradisional setempat dengan yang diimport untuk menghasilkan integrasi organik. Sistem pengetahuan dan praktek yang bermakna dipelihara dan pengetahuan yang lama dimunculkan kembali dalam bentuk-bentuk baru disesuaikan dengan kebutuhan saat ini. Gopal (1989, p. 61) mengemukakan bahwa proses integrasi dapat dipandang sebagai suatu “pergolakan bagi munculnya kesadaran”, suatu tantangan terhadap dominasi intelektual Barat dan suatu pencarian untuk memperbaiki identitas orang yang sudah hilang (Sinha, dalam Berry, J. W.; Poortinga, YPE; dan Pandey, J. (1997). Kedua, konseling indigenous merupakan langkah diperolehnya prinsip-prinsip, konsep-konsep konseling universal. Ketiga, mengurangi keekstriman pandangan bahwa relativisme kebudayaan mengingkari prinsip-prinsip yang universal. Sehubungan dengan butir kedua dan ketiga ini di dalam psikologi, Sinha (1997 :134) mengatakan : “one of the main goals of the indigenous psychology approach is the discovery of universal facts and principles. There is awidespread misunderstanding that it is committed to cultural relatism and denies the existence of universal psychological principles”.
Indigenization mempunyai dua perhatian, yaitu kebutuhan peng-akaran di dalam setting budaya tertentu dan mendapatkan keuniversalan. Kedua aspek ini tidak selalu diharapkan. Pendukung-pendukung indigenous yang berlebihan dalam mendukung relativisme budaya dan pada sisi lain merasa curiga terhadap dominasi Barat, merupakan kesulitan pengembangan indigenous. Seyogianya, kerangka pikir yang tepat muncul dari pandangan bahwa konseling indigenious merupakan perspektif lain dalam mempelajari perilaku manusia.
Tujuan konseling indigenous untuk lebih memahami manusia hanya dapat dicapai dengan menganalisis perilaku-perilaku manusia di dalam konteks budayanya dan memperoleh prinsip-prinsip konseling universal melalui kerja sama dengan seluruh indigenousi-ndigenous lain, termasuk indigenous Barat. Oleh karenanya indigenous harus dipandang sebagai cikal-cikal yang akan membentuk konseling yang lebih meliput. Menerima dan menolak prinsip-prinsip dan teori-teori mainstream konseling (Amerika) tidak merusak orientasi konseling indigenous, sepanjang diperlukan untuk penyesuaian konteks budaya. “Indigenization is a necessary step towards the establishment of true universals in psychology which are proved, rather than merely assumed” (Sinha, 1997 : 161).
Berry, J. W. , dan kawan-kawan (2002) memandang bahwa melalui indigenous psychology ditemukan keseimbangan antara psikologi sendiri dengan psikologi Barat. Pada satu pihak hal ini tidak mengabaikan capaian psikologi Barat dan perputaran budaya lokal. Di pihak lain ethnosentrisme psikologi Barat membuat ethnosentrisme ini perlu mengangkat pandangan-pandangan lain dalam memahami perilaku manusia. Ia mengemukakan pula bahwa kita tidak akan pernah tahu, apakah semua data yang beragam dan pandangan budaya yang telah dipadukan ke dalam psikologi universal yang tuntas, jika kita tidak menanam jaringan seluas mungkin agar dapat memperoleh seluruh informasi yang relevan.
Seorang dari pendukung yang paling kuat indigenous (psychology), Enriquez (1993) lebih jauh mengatakan bahwa indigenous (psychology) tidak hanya menunjuk ke “psikologi global” sebagai tujuannya, tetapi suatu model untuk pencapaian melalui “pendekatan indigenous silang”. “Perbedaan budaya dari dunia ditarik sebagai sumber pengetahuan budaya. Sasaran yang membuahkan hasil kemudian disebut pengetahuan silang budaya (dalam Berry, J. W.; Poortinga, YPE; dan Pandey, J. (1997).
Kontroversi adalah penting bagi kemajuan ilmu dan mencegah ilmu itu menjadi kaku dan tergelincir ke dalam dogma-dogma dan bahwa tantangan-tantangan dan kontroversi akan membawa kebenaran ilmiah. Misalnya, keadilan selalu muncul dari adanya kontroversi. Paradigma-paradigma baru dan perspektif-perspektif alternatif adalah esensial bagi pertumbuhan ilmu yang sehat, dalam hal ini, indigenous merupakan langkah penting dalam perkembangan konseling. Pandangan Kuhn (1970) tentang revolusi ilmu mengedepankan pentingnya perkembangan paradigma-paradigma yang akan menyempurnakan dan menggantikan paradigma-paradigma lama yang tidak lagi terbukti.
Upaya penempatan individu dalam konteks budayanya merupakan salah satu upaya penghindaran “dehumanisasi” dan “depersonalisasi”. Manusia harus dipandang sebagai makhluk yang subyektif, yang berbeda dari benda, dan tidak bisa diperlakukan sama dengan individu lain. Setiap individu membutuhkan diperlakukan sesuai dengan keuniqan-keuniqannya sendiri, didekati sesuai dengan kepribadiannya, serta di dalamnya ada nilai-nilai budaya yang harus dihargai.
Pendekatan indigenous dalam konseling pada dasarnya merupakan penghargaan akan humanism dan personalism. Sikap humanism dan personalism bukan hanya sampai kepada pembedaan individu dari benda atau makhluk yang lebih rendah (hewan), melainkan harus melihatnya lebih dari sekedar SDM (Sumber Daya Manusia). Fuad Hasan menempatkan evaluasi atas manusia sebagai SDM yang diberi “nilai tambah”. Pentingnya pandangan terhadap manusia sebagai SDM yang mempunyai “nilai tambah”, dikemukakan oleh Fuad Hasan dengan tandas. Ia mengakatan : “Sekali lagi, bukannya keliru untuk berbicara tentang manusia sebagai sumberdaya, melainkan perlu tetap disadari bahwa pengertian itu tidak meliputi manusia seutuhnya, yaitu sebagai kepribadian yang berlanjut mekar atas perkembangannya sendiri. Pengingkaran terhadap kenyataan ini niscaya akan menjerat kita dalam pandangan yang reduktif tentang manusia. Menilai manusia sekedar sebagai sumberdaya dan mengabaikan kenyataan sebagai eksistensi subyektif adalah permulaan dari suatu distorsi tentang citra manusia dengan identitas dan integritas kepribadiannya. Pandangan yang reduktif itu sudah merupakan ancang-ancang menuju dehumanisasi, tentunya dengan segala konsekuensi etik yang berkenaan dengan perilaku dan perlakuan kita terhadap sesama manusia” (Fuad Hasan, 1998 : 111). .
Pada akhir sub paparan ini dapat disimpulkan bahwa pelibatan indigenous di dalam konseling akan menempatkan kajian yang relevan dalam konteks budaya individu dan menghindari evaluasi manusia yang dehumanisasi dan depersonalisasi.
F. CONTOH INDIGENOUS DI JEPANG, PAKISTAN DAN NEGARA ISLAM LAINNYA, SERTA CHINA DAN NEGARA-NEGARA BERBAHASA CHINA
Sinha dalam Berry, J. W.; Poortinga, YPE; dan Pandey, J. (1997) mengemukakan contoh-contoh indigenous di negara-negara ini..
1. Jepang
· Di Jepang, Indigenization dalam hal : a. Teknik-tekni psikoterapi; b. Manajemen; c. Nilai-nilai sosialisasi dan pengasuhan anak; d. Dalam psikologi sosial.
· Zen Budhism menjadi jalan riset psikologi lokal. Minat khusus pendekatan indigenous pada terapi, terkenal terapi Morita dan terapi Naikin.
· Terapi Morita berakar dari budaya Jepang tentang Amae . Terapi Morita dipengaruhi oleh perlakuan penganut Budha terhadap bermacam-macam gangguan neurosa. Ciri utamanya melakukan bed rest dan bimbingan terapi kerja (Reynolds, 1981). Proses terapi menggambarkan amae (kebutuhan akan ketergantungan), yang dinilai tinggi di dalam kehidupan Jepang dan hubungan-hubungan interpersonal. Implikasinya : “keinginan dicintai” atau “kebutuhan tergantung”, dan tuntutan pada “persetujuan tanpa protes” terhadap keadaan yang terjadi. Hal ini merupakan sentral kehidupan orang Jepang yang merefleksikan suatu dasar psikologis yang berbeda dengan dunia Barat. Tujuan terapi Morita sebagaimana dikemukakan oleh Pedersen (1981) adalah pasien menerima suatu realitas-realitas hidup dari pada membawa realitas-realitas hidup ke dalam suatu keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan.
· Terapi Naikin menggambarkan suatu introspeksi untuk menemukan dan merealisasikan personal dan kesalahan otentik, untuk tidak mengganggu orang lain, dan dimaksudkan untuk mencapai sikap positif. Tujuan terapinya adalah agar klien menemukan kesalahan dan bersyukur kepada perubahan self image dan sikap interpersonal. Akar Naikan merupakan kunci untuk memahami struktur kepribadian orang Jepang, disebut sunao. Sunao mempunyai bermacam-macam arti, implikasinya : kepatuhan, penerimaan (dari pada bersifat tegas),open minded, bebas dari bersifat antogonis dan persaingan, memelihara keharmonisan dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini dimaksudkan untuk menjadikan orang yang rileks, fleksibel, lemah lembut, terbebas dari frustasi dan konflik.
· Dalam wilayah psikologi sosial, dibicarakan tentang ethos sensitivitas sosial. Akibatnya mereka secara ekstrim memperhatikan relasi-relasi dan interaksi-interaksi sosial.
2. Pakistan dan Dunia Islam
· Di Pakistan, indigenization digali dari perhatian para ahli psikologi terhadap perumusan dan pelaksanaan perencanaan pembangunan nasional dan transformasi ekonomi. Pembangunan umum dalam dunia Muslim mendorong indigenization. Minat di dalam praktek-praktek indigenous kesehatan dan elemen-elemen psikologis sufism sudah dikembangkan.
· Di negara-negara Islam lain psikologi sebagai suatu sistem berkembang baik. Secara intrinsik Psikologi diterima, dapat digunakan di dalam konteks nilai-nilai Islam. Para ahli psikologi Arab memperlihatkan minat khusus dalam menganalisis model Islam tentang perubahan dan penyelidikan hubungan antara etika kerja Islam dan perkembangan organsisasi. Jika nilai budaya Islam diidentifikasi dan dipahami secara benar, memfasilitasi perubahan dan perkembangan organisasi.
3. China dan Negara-Negara Berbahasa China
· Di China dan wilayah-wilayah berbahasa China khususnya Hongkong dan Taiwan, pendekatan indigenious direfleksikan dalam 5 cara :
Pertama :
q Minat khusus pada yang sudah ditanamkan di dalam pikiran psikologis filosof-filosof purbakala dan pemikir-pemikir sosial. Misalnya tulisan-tulisan confusius, Mencius, Gao Zi.
q Pada awalnya psikologi modern merupakan hasil import, dan berhubungan dengan psikologi A.S. dan Eropa, kemudian ke orang China yang menganut prinsip Marxist dan Psikologi Soviet. Belakangan ini di China sudah dipengaruhi oleh peningkatan tradisi mereka sendiri dari peradaban purbakala dan kebudayaan, pikiran modern Barat, dan struktur politik zaman sekarang.
Kedua :
q Psikologi import tidak mampu menjawab kebutuhan masyarakat China, tetapi diterapkan dalam bentuk Barat baru dalam pendidikan dan progran-program industri.
Ketiga :
q Pendekatan indigenous dibuktikan di dalam psikologi perkembangan, sebagai satu dari area utama studi di China, misalnya perkembangan berpikir Piaget, perkembangan moral Kohlberg. Model Kohlberg direvisi sesuai masyarakatnya. Model China menitik beratkan model Ch’ing (sentimen dan afeksi manusia) dari pada Li (pikiran atau akal), dan nilai-nilai Confucian dari jen (cinta, keintian manusia, kebajikan, dan simpati), anak yang saleh, solidaritas kelompok, kolektivitas dan kemanusiaan. Nilai-nilai ini merupakan rekonseptualisasi perkembangan moral khususnya yang paling tinggi, moralitas post konvensional.
q China mempunyai sejumlah besar indigenious kesehatan yang dikemukakan oleh para ahli psikologi dan profesi-profesi lain,seperti akupuntur dan kaligrafi digunakan untuk terapeutik.
q Dapat disimpulkan bahwa para ahli psikologi China dipusatkan membangun perkembangan indigenous, dan bahwa ketergantungan psikologi China atas psikologi Barat tidak terjadi karena kekuatan acuan mereka pada sumber-sumber Chinanya.
Kelima :
q Manifestasi indigenisasi di China adalah area psiklogi sosial. Berkaitan dengan orientasi relasi, dunia orang China mempunyai ciri-ciri : “situation centered”, dengan tanda-tanda secara permanent menghubungkan manusia dalam keluarga dan clan. Dalam konstelasi manusia yang mendasar ini individu dikondisikan untuk mencari saling ketergantungan. Di Barat berpusat pada diri individu, dan kepercayaan diri merupakan orientasi dasar menghadapi kehidupan dan lingkungan. Di China, arti manusia ditemukan dalam hubungan-hubungan interpersonal dimana individu dipandang dalam hal keseluruhan yang lebih luas. Dalam konsep orang China Tengah tentang ren atau jen (person), penempatan individu dalam jaringan hubungan interpersonal. Mereka mementingkan keseimbangan psikososial. Konsep-konsep orang China tradisional yang telah digunakan secara umum dalam memahami perilaku sosial adalah quanxi (kesalingtergantungan), “kesalehan anak”, yin (penyebab yang prinsip) dan yuan (penyebab tambahan), dan kebenaran atau keadilan. Yin dan yuan dianggap menjadi basis hubungan interpersonal. Orientasi kelompok dan orientasi yang lain direfleksikan dalam suatu predisposisi menuju kepada pola-pola perilaku seperti konformitas sosial, strategi tidak menyerang, patuh pada harapan-harapan sosial, dan takut pada opini luar dalam mencoba satu atau lebih tujuan untuk mencapai ganjaran, memelihara keharmonisan, mengelola impresi, penerimaan sosial, dan menjauhi hukuman, rasa malu, konflik, penolakan di dalam situasi sosial.
G. BAGAIMANA KONSELING INDIGENIOUS DILAKUKAN DI INDONESIA ?
Untuk menjawab pertanyaan ini perlu kajian luas dan membutuhkan lembaran kertas yang banyak. Dalam lembaran terbatas ini, penulis mengemukakan pendapat singkat bahwa konseling indigenous di Indonesia harus menggali nilai-nilai budaya (dalam berbagai wujud, antara lain pikiran, pengetahuan, seni, kebendaan, perilaku, dan nilai-nilai itu sendiri) dari nenek moyang yang sudah hampir hilang dan yang masih bertahan dalam kehidupan keseharian masyarakat serta mengadopsi nilai-nilai di luar nilai-nilai budaya Indonesia. Nilai-nilai ini diseleksi, yang bermakna dipertahankan dan yang kurang mendukung dan merusak dihilangkan. Nilai-nilai seperi gotong royong, kebersamaan, toleransi, tenggang rasa, hormat orang tua, merupakan nilai-nilai yang perlu dipertahankan, dan nilai-nilai yang menunjukkan mentalitas lemah yang banyak ditemukan pada masa pasca revolusi harus dihilangkan. Koentjaraningrat (1987) mengemukan beberapa mentalitas pembangunan yang lemah yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, yaitu mentalitas meremehkan waktu, tidak percaya pada diri sendiri, tidak berdisiplin murni, dan suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh. Nilai budaya Barat seperti disiplin tinggi, bekerja dengan perencanaan, merupakan nilai-nilai yang perlu diadopsi. Teori mereka tentang tentang persepsi perlu diaplikasikan, namun teori-teori tentang pola asuh orang tua terhadap anak masih perlu dipertimbangkan. Contoh lain, teori Piaget tentang kemampuan berpikir dan teori perkembangan moral Kohlberg, yang populer dipandang sebagai teori universal di Amerika, tetapi ramai diperdebatkan (Jahoda dan Krewer, 1987; Sinha, 1987), perlu dikaji lebih dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Berry, J. W., et. Al. 2002. Cross-Cultural Psychology : Research and Applications. Second Edition.Cambrige university Press, New York.
Dedi Supriadi. 2001. Konseling Lintas-Budaya : Isu-Isu dan Relevansinya di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Bimbingan dan Konseling Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Fuad Hasan. 1998. Studium Generale. Dirjen Dikti Depdikbud, Jakarta.
Jahoda, G., B. Krewer. 1987. History of Cross-Cultural and Cultural Psychology in Berry, J. W., Poortinga, YPE H., and Pandey, J. 1997 (ed.). Handbook of Cross-Cultural Psychology : Theory and Method. Second edition. 1997. Allyn and Bacon A Viacom Company, United States of America
Koentjaraningrat. 1987. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia, Jakarta.
Kuhn T. S. 1970. The Srtucture of Scientific Revolutions. Second Edition. The University of Chicago Press, Chicago.
Sinha, D. 1997. Indigenizing Psychology in Berry, J. W., Poortinga, YPE H., and Pandey, J. 1997 (ed.). Handbook of Cross-Cultural Psychology : Theory and Method. Second edition. 1997. Allyn and Bacon A Viacom Company, United States of America

13 Mar 2019

Hari ini WA,Facebook & Instagram Mengalami Error: Tidak bisa update status foto, Share di Instastories dan di Dinding FB

Kabar terbaru hari ini bahwa di beberapa daerah di indonesia bahkan diluar negeri media sosial WhatsApp, Faccebook, Intagram mengalami eror..





Meskipun Anda dapat membuka kedua platform, sepertinya Anda tidak dapat mengirim atau menerima pesan di kedua platform, dan Anda juga tidak dapat memposting konten baru.

Sementara itu, WhatsApp tampaknya baik-baik saja bagi banyak orang, tetapi pengguna di Paraguay, India, Bangladesh, Argentina, dan banyak lagi mencatat bahwa mereka mengalami masalah dengan pengiriman pesan.

DownDetector menunjukkan bahwa mereka yang berada di Brasil mengalami pemadaman paling parah.

Melansir the verge.com ditemukan Messenger tidak dapat memuat sama sekali di desktop, meskipun aplikasi seluler berfungsi.

Instagram lebih buruk: posting tidak dimuat, Cerita Instagram tidak aktif, dan pesan langsung dan tombol untuk mengirim konten baru juga tidak berfungsi.

6 Jan 2019

Lowongan Kerja di Mina Swalayan Yogyakarta Januari 2019



Lowongan kerja di Mina Swalayan Yogyakarta, membutuhkan :

  1. Supervisior TOND (ST)
  2. Supervisior Gudang (SG)
  3. Koordinator Toko (KT)
  4. Koordinator Gudang (KG)
  5. Koordinator Marketing (KM)
  6. Staf IT (SI)
  7. Pramuniaga (PR)
  8. Operasional Gudang
Syarat :

  • Pria/Wanita
  • Muslim/Muslimah
  • Pendidikan mulai dari SMP,SMA,D3,S1

Kirim Berkas lamaran/CV ke :

  1.  Kantor CV PUTRA MINA 08510083004. JL. Kaliurang, km.10,5, Gentan, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta
  2. email : hrdputramina@gmail.com
  3. Cabang Outlet Mina

Baca Keterangan lebih lanjut pada gambar, pendaftaran maksimal 31 Januari 2019, bersedia ditempatkan di cabang Mina Swalayan (1,3,6,7)

Terimakasih, Semoga bermanfaat...

5 Jan 2019

Cara Dropship dari marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, Buka Lapak dan lain-lain

Hallo semuanya diera digital seperti sekarang ini, menjadi penjualan Online bisa menjadi sangat mudah dan banyak cara yang dapat dilakukan misalnya, kita ambil barang dari shoope dijual lagi ke tokopedia atau dari tokopedia ke lazada atau bisa juga dari lazada ke bukalapak. Atau bisa juga ambil dari marketplace dijual di facebook lalu di iklankan.

Jika anda bingung dan merasa belum faham dengan cara bagaimana cara dropship saya akan merekomendasikan sebuah materi yang sangat bermanfaat bagi anda yang ingin belajar berjualan online dengan cara dropship dari market place.
Langsung saja kunjungi disini Atau bisa juga klik gambar dibawah ini :
Semoga anda sukses menjadi dropshiper amin...

Cara Impor Barang dari Cina dengan Mudah Hanya dengan 50.000


Langsung saja ya gan bagi agan2 yang sudah ingin jadi juragan impor barang dari Cina tidak perlu susah cari tau caranya, sebenarnya sangat mudah dan praktis simak caranya disini

28 Des 2018

Terapi Psikoanalisa



TERAPI PSIKOANALISA


Psikoanalisa secara umum berarti suatu pandangan tentang manusia, dimana ketidaksadaran memegang peranan sentral. Psikoanalisa memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Konflik timbul karena ada dorongan-dorongan yang saling bertentangan, baik dari dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari. Tokoh utama dari psikoanalisa adalah Sigmund Freud. Teori dan teknik Freud yang membuatnya termasyhur adalah upaya penyembuhan mental pasiennya yang dikenal dengan istilah Psychoanalysis dan pandangan mengenai peranan dinamis ketidaksadaran dalam hidup psikis manusia. Psikoanalisa sebagai teori dari psikoterapi menguraikan bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan mengenai hal-hal yang traumatik pada masa kanak-kanak yang ditekan.

Terapi psikoanalisa adalah teknik pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini. Teknik ini menekankan menggali seluruh informasi permasalahan dan menganalisis setiap kata-kata yang diungkapkan oleh klien. Didalam terapi psikoanalisa ini sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik, maksudnya adalah adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional antara terapis dan klien, terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat merasakan kenyamanan, ketenangan dan bisa rileks menceritakan permasalahan serta tujuannya untuk menemui terapis.

Terapi psikoanalisa biasa digunakan atau diterapkan untuk orang-orang dengan masalah yang berkaitan dengan konsep utama dari psikoanalisa seperti adanya alam bawah sadar pada manusia yang mampu mendorong 3 prinsip dasar dari psikoanalisa sendiri (Id, Ego, Super Ego), hal kejiwaan yang merupakan bagian kesadaran (consciousness) danketidaksadaran (unconsiousness), serta mengedepankan pengaruh pengalaman-pengalaman dimasa lalu. Contoh beberapa masalah yang dihadapi antara lain: masalah dalam menjalin hubungan dengan orang lain, masalah yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma, dan masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang melakukan aktifitasnya sehari-hari.
Dalam melakukan terapi psikoanalisa ini ada beberapa teknik yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut;

Asosiasi Bebas

Asosiasi bebas sebagai teknik utama dalam psikoanalisis. Salah satu pasien Freud, menyebut metode free association sebagai “penyembuhan dengan bicara”. Maksudnya suatu metode terapi yang dirancang untuk memberikan kebebasan secara total kepada pasien dalam mengungkapkan segala apa yang terlintas dibenaknya, termasuk mimpi-mimpi, berbagai fantasi, dan hal-hal konflik dalam dirinya tanpa diagenda, dikomentari, ataupun banyak dipotong, apalagi disensor. 

Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu, yang kemudian dikenal dengan katarsis. Asosiasi merupakan salah satu dari peralatan dasar sebagai pembuka pintu keinginan, khayalan, konflik, serta motivasi yang tidak disadari. 

Dalam tehnik ini Freud menggunakan Hipnotis untuk mendapatkan data-data dari klien mengenai hal-hal yang dia pikirkan dialam bawah sadarnya, dengan tehnik ini klien dapat mengutarakan apapun yang dia rasakan tanpa ada yang disembunyikan sehingga psikoterapis dapat menganalisis masalah apa yang sebenarnya terjadi pada klien. Penerapan metode ini dilakukan dengan posisi klien berbaring diatas dipan/sofa sementara terapis duduk dibelakangnya, sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat-saat asosiasinya mengalir dengan bebas. Dalam hal ini terapis fokus bertugas untuk mendengarkan, mencatat, menganalisis bahan yang direpres, memberitahu/membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari).

Interpretasi atau Penafsiran

Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Caranya adalah dengan tindakan-tindakan terapis untuk menyatakan, menerangkan, dan mengajarkan klien makna-makna tingkah laku apa yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi atau proses pengungkapan alam bawah sadar secara lebih lanjut. Penafsiran yang diberikan oleh terapis menyebabkan adanya pemahaman dan tidak terhalanginya alam bawah sadar pada diri klien. Analis harus benar-benar menyadari mekanisme-mekanisme dan berbagai dorongan untuk mempertahankan dirinya sebab kalau tidak dia akan jatuh ke dalam perangkap penafsiran terhadap berbagai perasaan dan pikiran dinamik pasien menurut sederet pengalaman dan masalah hidup analis sendiri. Penafsiran oleh analis harus memperhatikan waktu. Dia harus dapat memilah atau memprediksi kapan waktu yang baik dan tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.

Analisis Mimpi

Studi Freud yang mendalam tentang mimpi melahirkan pandangan-pandangan kritisnya tentang hal ini. Baginya mimpi merupakan perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar dan bersifat halusinasi atas keinginan-keinginan yang terpaksa ditekan. Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tidak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana adanya. Bagian teori tentang mimpi yang paling hakiki dan vital bagi Freud adalah adanya kaitan antara distorsi mimpi dengan suatu konflik batiniah atau semacam ketidakjujuran batiniah. Oleh karena itu Freud mencetuskan teknik analisis mimpi. Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh pemahaman kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, sehingga perasaan-perasaan yang direpres akan muncul ke permukaan, meski dalam bentuk lain. Freud memandang bahwa mimpi merupakan “jalan istimewa menuju ketidaksadaran”, karena melalui mimpi tersebut hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan. Pada teknik ini biasanya para psikoterapis memfokuskan mimpi-mimpi yang bersifat berulang, menakutkan dan sudah pada taraf mengganggu. Tugas terapis adalah mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk mengungkap makna-makna yang terselubung.

Analisis dan interpretasi resistensi

Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut. Analisis dan penafsiran resistensi, ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya, terapis meminta klien menafsirkan resistensi. Tujuannya adalah mencegah material-material mengancam yang akan memasuki kesadaran klien, dengan cara mencegah klien mengungkapkan hal-hal yang tidak disadarinya.

Analisis dan interpretasi transferensi


Transferensi adalah pengalihan sikap, perasaan dan khayalan pasien. Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun. Transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis. 

Dalam keadaan neurosis, merupakan pemuasan libido klien yang diperoleh melalui mekanisme pengganti atau lewat kasih sayang yang melekat dan kasih sayang pengganti. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketidaksadaran pasien karena alat ini mendorong klien untuk menghidupkan kembali berbagai pengalaman emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya. 

Teknik analisis transferensi dilakukan agar klien mampu mengembangkan tranferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialami pada masa lalunya (masa anak-anak), sehingga terapis punya kesempatan untuk menginterpretasi tranferen. Dan pada teknik ini terapis menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif serta tidak memberikan saran. Transferensi pada tahap yang paling kritis berefek abreaksi (pelepasan tegangan emosional) pada pasien. Efek lain yang mungkin, ada dua, yaitu positif dan negatif. Positif: saat pasien secara terbuka mentransferkan perasaan-perasaannya sehingga menyebabkan kelekatan, ketergantungan, bahkan cinta kepada terapis. Negatif: saat kebencian, ketidaksabaran, dan kadang-kadang perlawanan yang keras terhadap terapis. Dan ini dapat berefek fatal terhadap proses terapi.

Terapi psikoanalisa ini dapat dihentikan atau dianggap selesai saat klien mengerti akan kenyataan yang sesungguhnya, alasan mengapa mereka melakukan perilaku abnormal, dan menyadari bahwa perilaku tersebut tidak seharusnya mereka lakukan, lalu mereka sadar untuk menghentikan perilaku itu. Terapi psikoanalisa bertujuan untuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi sadar, mengatasi tahap-tahap perkembangan tidak terpecahkan, membantu klien menyesuaikan dan mengatasi masalahnya, rekonstruksi kepribadian serta meningkatkan kontrol ego sehingga dapat menghadapi kehidupan yang realita, dan mengubah perilaku klien menjadi lebih positif.

Terapi psikoanalisa ini lebih efektif digunakan untuk mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien. Apalagi terapi ini memiliki dasar teori yang kuat. Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya. Namun terapi ini tetap memiliki kekurangan seperti diperlukan waktu yang panjang dalam melaksanakan terapi, memakan biaya yang banyak, dan memungkinkan klien menjadi jenuh saat terapi.

DAFTAR PUSTAKA
  • Gerald, Corey. (2005). Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy.Thompson learning: USA.
  • Palmer, Stephen. (2011). Konseling Psikoterapi diterjemahkan dari Introduction to Counselling and Psychotherapy. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
  • D.Gunarsa, Prof.DR.Singgih. (1992). Konseling dan Psikoterapi. Gunung Mulia: Jakarta.
  • Hartosujono. Diktat Psikologi. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa: Yogyaka
  • https://nurainiajeeng.wordpress.com/2013/03/17/terapi-psikoanalisa/

TERAPI PSIKOANALISA

Terapi Psikoanalisa Psikoanalisa merupakan suatu sistem dalam psikologi yang berasal dari penemuan-penemuan Freud dan menjadi dasar dalam teori psikologi yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik. Psikoanalisa memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Tokoh utama dan pendiri psikoanalisa adalah Sigmund Freud. Sigmund Freud dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia dan meninggal pada tanggal 23 september 1939 di London. Sebagai orang pertama yang mengemukakan konsep ketidaksadaran dalam kepribadian. Konsep-konsep psikoanalisa banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan konseling dan terapi. Psikoanalisa sebagai teori dari psikoterapi berasal dari uraian Freud bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketetgangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang traumatik dari pengalaman seksual pada masa kecil. 

Pada umumnya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa. Konsep Freud yang anti rasionalisme menekankan motivasi tidak sadar, konflik dan simbolisme sebagai konsep primer. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif dan perlakuan merupakan fungsimereka secara mendalam terhadap doronagn-dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional, tidak sosial dan destruktif terhadap dirinya dan orang lain. Energi psikis yang paling besar disebut libido yang bersumber dari dorongan seksual yang terarah pada pencapaian kesenangan. 

Selanjutnya Freud menyebutkan dua macam libido yaitu eros sebagai dorongan untuk hidup dan thanatos sebagai dorongan untuk mati. Menurut Freud, strukrut kepribadian terdiri tiga sistem yaitu id adalah aspek biologis yang merupakan sistem kepribadian yang asli. Ego adalah aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan dunia kenyataan. Superego adalah aspek sosiologis yang menverminkan nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat yang ada di dalam kepribadian individu. Dinamika kepribadian menurut Freud bahwa menganggap organisme manusia sebagai suatu sistem energi yang kompleks. Kepribadian individu menurut Freud telah mulai terbentuk pada tahun-tahun pertama di masa kanak-kanak. Pada umur 5 tahun hampir seluruh struktur kepribadian telah terbentuk, pada tahun-tahun berikutnya hanya menghaluskan struktur dasar tersebut.

Konsep-konsep utama terapi psikoanalisis 1. Struktur kepribadian ( Id ( Ego ( Super Ego 2. Pandangan tentang sifat manusia Pandangan freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik, mekanistik dan reduksionistik 3. Kesadaran & ketidaksadaran ( konsep ketidak sadaran • Mimpi-mimpi merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat konflik • Salah ucap / lupa terhadap nama yg dikenal • Sugesti pascahipnotik • Bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas • Bahan-bahan yang berasal dari teknik proyektif 4. Kecemasan Adalah suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu Fungsinya adalah memperingatkan adanya ancaman bahaya ( 3 macam kecemasan • Kecemasan realistis • Kecemasan neurotic • Kecemasan moral

Teknik Dasar Terapi Psikoanalisa Ada 5 macam terapi dalam psikoanalisa yaitu: (1) Analisis mimpi, (2) interpretasi, (3) analisis mimpi, (4) analisis resistensi dan (5) analisis transferensi(pemindahan). 

1. Asosiasi Bebas 

Teknik pokok dalam terapi psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Terapis memerintahkan klien untuk menjernihkan pikirannya dari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya. Yang pokok, adalah klien mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan atau pikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor. Asosiasi bebas adalah salah satu metode pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lalu. Hal ini dikenal sebagai katarisis. Katarisis secara sementara dapat mengurangi pengalaman klien yang menyakitkan akan tetapi tidak memegang peranan utama dalam proses penyembuhan. Sebagai suatu cara membantu klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri, terapis menafsirkan makna-makna yang menjadi kunci dari asosiasi bebas. Selama asosiasi bebas tugas terapis adalah untuk menidentifikasi hal-hal yang tertekan dan terkunci dan terkunci dalam ketidaksadaran. 

2. Interpretasi 

Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam anaisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, danbahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan teraupetik itu sendiri. Fungsi interperasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hala-hal yang tersembunyi. Ada tiga hal yang harus di perhatikan dalam interpretasi sebagai teknik terapi. 

Pertama, interpretasi hendaknya disajikan pada saat gelaja yang diinterpretasikan berhubungan erat dengan hal-hal yang disadari klien. Kedua, interpretasi hendaknya selalu dimulai daripermukaan dan baru menuju ke hal-hal yang dalam yang dapat dialami. Oleh situasi emosional klien. Ketiga,memetapkan resistensi pertahanan sebelum menginterpretasikan emosi atau konflik. 

3. Analisis Mimpi 

Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membatu klien untuk memperoleh penjelasan kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selama tidur pertahanan menjadi lemah dan perasaan-perasaan yang tertekan menjadi muncul ke permukaan. Freud melihat bahwa mimpi sebagai “royal to the uncouncious”, dimana dalam mimpi semua keinginan, kekbutuhan,dan ketakutan yang tidak disadari diekspresikan. Beberapa motivasi yang tidak diterima oleh orang lain dinyatakan dalam simbolik dari pada secara terbuka dan langsung. 

4. Analisis dan Interpretasi Resistensi 

Resistensi sebagai suatu konsep fundamental praktek-praktek psikoanalisa yang bekerja melawan kemajuan terapi dan mencegah klien untuk menampilkan hal-hal yang tidak disadari. Frued memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan.resistensi bukan sesuatu yang harus diatasi karena hal itu merupakan gambaran pendekatan pertahanan klien dalam kehidupan sehari-hari. Resistensi harus diakui sebagai alat pertahanan menghadapi kecemasan. 

5. Analisis dan Interpretasi dan Transperensi 

Seperti halnya resistensi, transperensi (pemindahan) terletak dalam arti terapi psikoanalisa dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai yang dilakukan kepada ibunya atau ayahnya. Kini, dalam hubungan dengan konselor klien mengalami kembali perasaan penolakan permusushan yang pernah dialamiterhadap orang tuanya.

Unsur-unsur terapi Psikoanalisa 


1. Muncul gangguan Terapis berusaha memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan dari klien, untuk lebih mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut, kemudian terapis memperkuat konidis psikis dari diri klien, shingga apabila klien mengalami gangguan yang serupa diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat. 

2. Tujuan terapi Terfokus kepada upaya penguatan diri klien, agar dikemudian hari apabila klien mengalami problem yang sama maka klien akan lebih siap. 

3. Peran terapis Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melaukukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis, membangun hubungan kerja dengan klien dengan banyak mendengar dan menafsirkan, terapis memebrikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien, mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.


Daftar Pustaka 

  • Gunarsa, Singgih. D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Surya, M. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy.
  • https://ajengpakasi.wordpress.com/2015/04/30/terapi-psikoanalisa/
  • Terapi Psikoanalisa
  • (Sigmund Freud)



      Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi Secara historis → aliran pertama dari 3 aliran utama psikologi
      
Sumbangan utama psikoanalisis :

Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor tak sadar
Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian dimasa dewasa

Teori psikpanalisis menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan
Terapi psikoanalisis telah memberikan cara mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi

Jangan copy paste ya..
   
   Konsep utama terapi psikoanalisis:
Struktur kepribadian:
  • Id
  • Ego
  • Super ego
Pandangan ttg sifat manusia:
  • Pandangan freud tentangg sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik dan reduksionistik
  • Kesadaran & ketidaksadaran
Konsep ketaksadaran:
Mimpi → merupakan representative simbolik dari kebutuhan, hasrat, dan  konflik
Salah ucap / lupa → terhadap nama yang dikenal
Sugesti pascahipnotik
Bahan yang berasal dari teknik asosiasi bebas
Bahan yang berasal dari teknik proyektif
Kecemasan
Adalah suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu
Fungsi → memperingatkan adanya ancaman bahaya

3 macam kecemasan:
  • Kecemasan realistis
  • Kecemasan neurotic
  • Kecemasan moral

      Tujuan terapi Psikoanalisis:
Membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien
Focus pd uapaya mengalami kembali pengalaman masa anak2

      Fungsi & peran Terapis:
Terapis / analis membiarkan dirinya anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan & pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada terapis / analis

Peran terapis
  • Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis
  • Membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar & menafsirkan
  • Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan klien
  • Mendengarkan kesenjangan & pertentangan pada cerita klien

      Pengalaman klien dalam terapi:
  • Bersedia melibatkan diri kedalam proses terapi yang intensif & berjangka panjang
  • Mengembangkan hubungan dengan analis / terapis
  • Mengalami krisis treatment
  • Memperoleh pemahamn atas masa lampau klien yang tak disadari
  • Mengembangkan resistensi untuk belajar lebih banyak tentangg diri sendiri
  • Mengembangkan suatu hubungan transferensi yang tersingkap
  • Memperdalam terapi
  • Menangani resistensi & masalah yang terungkap
  • Mengakhiri terapi

      Hubungan terapis & klien:
  • Hubungan dikonseptualkan dalam proses tranferensi yang menjadi inti Terapi Psikoanalisis
  • Transferensi mendorong klien untuk mengalamatkan pd terapis “urusan yang belum selesai” yg terdapat dalam hubungan klien dimasa lalu dengan orang yang berpengaruh
  • Sejumlah perasaan klien timbul dari konflik, seperti percaya vs percaya, cinta vs benci
  • Transferensi terjadi pada saat klien membangkitkan kembali konflik masa dininya yg menyangkut cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan & dendam.
  • Jika analis mengembangkan pandangan yng tidak selaras yang berasal dari konflik sendiri, maka akan terjadi kontra transferensi
Bentuk kontratransferensi

→ perasaan tidak suka / keterikatan & keterlibatan yang berlebihan
Kontratransferensi dapat mengganngu kemajuan terapi

      Teknik dasar Terapi Psikoanalisis:
Asosiasi bebas
→ adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman masa lalu & pelepasan emosi yg berkaitan dengan situasi traumatik di masa lalu
Penafsiran
→ Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi-asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi
* bentuk nya = tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna tertentu
Analisis Mimpi
→ Suatu prosedur yang penting untuk menyingkap bahan2 yang tidak disadari dan memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yang tak terselesaikan
Analisis dan Penafsiran Resistensi
→ Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yg ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya
Analisis & Penafsiran Transferensi
→ Adalah teknik utama dalam Psikoanalisis karna mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi
      Tahap treatment dalam terapi Psikoanalisis antara lain:
1.   Opening phase
2.   Developing of transference
3.   Working through    
4.   Resolution of transference

Kelebihan Terapi Psikoanalisa :
  • Lebih fokus dalam mengetahui masalah dari klien, karena dengan mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu klien.
  • Dapat membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadari klien.
  • Kekurangan Terapi Psikoanalisa :
  • Menggunakan waktu yang banyak.
  • Klien akan menjadi jenuh akibat waktu yang banyak tersebut.
  • Dibutuhkan terapis yang benar-benar sudah terlatih untuk melakukan terapi.
  • Biaya yang banyak yang dikeluarkan oleh klien.

  • http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoanalisis
  • http://psikologioke.wordpress.com/2012/04/02/terapi-psikoanalisa/
  • http://sandri09a.blogspot.com/2012/03/terapi-psikoanalisis-psikoterapi.html
  • https://richard1991.wordpress.com/2013/03/25/terapi-psikoanalisa/

Laporan Tes Pauli


LAPORAN TES PAULI


IDENTITAS
Nama Testee : AB
Usia :
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan/ pekerjaan : SMA / Mahasiswa
Tanggal Tes :
Tester : Antoni Firdaus
NIM Tester : 14.310

HASIL TES


Jumlah lompat (√) = 11
Jumlah parit     =  0
Prestasi hasil kerja/ total (∑ total)
Jumlah prestasi hasil kerja/total
∑ total = (Jumlah seluruh kolom penuh x 50) + Jumlah kolom terakhir diatas garis ke-20 – Lompat (√)
         =  (24 x 50) +  47 - 18
   =  2.617
 
Jumlah rata-rata prestasi kerja  ( X )
X = ∑ total  =  ∑ total  =  2.617   = 130,85
                                       —―—
     N   20       20
 
Kategori norma : Sedang
Kesalahan (Salah/ Sa)
Jumlah salah (∑ Sa) =  3
% Sa = ∑ Sa x 100%
400
=    3 =  0,75
    —―
    400
 
Kategori norma = Sedang
Pembetulan (Dibetulkan/ Dib)
Jumlah pembetulan (∑Dib) = 4
% Dib =  ∑ Dib x 100%
     400
=  4
  —― x 100%  =1%
   400
 
Kategori norma = Sedang
Simpangan
Jumlah simpangan (∑ Si) = 8+50+23+3+0+1+20+10+6+30+38++47+55+48+`8= 229
Jumlah rerata simpangan:
  X Si = ∑ Si =  5,75
16  
% Si      = ∑ Si  x 125% =  339 x 125%  =  10,93
                           ―—
∑ total   2230
 
Kategori norma =  Rendah
Grafik
Titik tertinggi (Tt)   = 165 pada kolom ke 8
Titik terendah (Tr)  = 71  pada kolom ke 4
Hasil awal = 109
Tinggi (Ti) = Tt – Tr
       =  165 - 71
       = 94
Kategori norma : Rendah
Tempat puncak (Tp) pada kolom ke 18
 

INTERPRETASI PAULI


Ha         84
Rata-rata = 131,85
Ha < Rata-rata
 
Interpretasi : Subjek kurang percaya pada kemampuan diri dan kurang memaksimalkan di awal kerja. Dari hasil tes juga menunjukkan bahwa subjek lamban dalam memtuskan suatu keputusan karena kurang berani.
 
Jumlah =  2.617 (Sedang)
 
Interpretasi :  Berdasarkan hasil tes menunjukkan bahwa subjek memiliki kemampuan dan motivasi kerja rendah.
Titik terendah di kolom :  4
Interpretasi:  Subjek memiliki kemampuan yang lemah untuk menagatasi masalah dalam menyesuaikan diri.
 
Kesalahan =  1%
 
Interpretasi : Subjek memiliki ketekunan yang cukup.
Pembetulan/ koreksi = 1%
Interpretasi : Subjek memiliki kualitas kerja yang cukup baik dengan konsentrasi pada kerja yang cukup.
 
Penyimpangan = 10,93
 
Interpretasi : Dari hasil tes menunjukkan bahwa subjek memiliki emosi yang cenderung tidak stabil dan sangat berpengaruh pada hasil pekerjaannya. Subjek kurang memiliki kemauan untuk mengatasi emosinya dan kurang mampu mengendalikan emosinya dalam bekerja.

Sedang (norma)

Kategori norma =  165 (Sedang)
Interpretasi:   Subjek memiliki motivasi dan hasrat berprestasi dalam meningkatkan potensi kerja yang tinggi, namun belum dapat tercapai dengan baik.
 
Tp
 
Titik pucak di kolom 18  (Tinggi)
Interpretasi : Subjek mampu bekerja di bawah tekanan. Subjek juga  memiliki perencanaan.
 
Kurva keseluruhan
 
Berdasarkan hasil dari gravik pauligram menunjukkan bahwa subjek memiliki kemampuan kerja yang cukup dan disaat emosinya menurun hasil kerjanya tidak mempengaruhinya.Subjek memiliki kemampuan berprestasi di akhir performa menunjukkan kualitas adaptasi nya yang baik.
Hanya Contoh ya...
 

KESIMPULAN

Berdasarkan interpretasi keseluruhan dapat disimpulkan bahwa subjek  memiliki motivasi kerja yang tinggi namun kurang memiliki kemampuan adaptasi dengan tekanan pekerjaan yang baik, terlihat dari hasil tertinggi yang diperoleh subjek berada di bagian terakhir. Begitu juga dengan penyesuaian diri subjek yang kurang memiliki kemampuan dalam mengatasi masalah penyesuaian diri.

Subjek memiliki keadaan emosi yang kurang stabil, tetapi tidak terlalu mempengaruhi hasil kerjanya. Namun subjek kurang mampu mengendalikan emosinya dalam bekerja, meskipun dilihat dari titik tertingginya sebenarnya subjek mampu meraih hasil yang maksimal namun subjek kurang memiliki kemauan di awal pekerjaan. Subjek menunjukkan ketekunan yang cukup baik serta keinginan berprestasi tinggi. Karena subjek memiliki konsentrasi yang cukup dalam bekerja, sehingga menghasilkan hasil kerja yang tinggi diakhir pekerjaan.

Sarannya untuk subjek ialah meningkatkan motivasi kerja di awal pekerjaan dan penyesuaian diri dalam beradaptasi, karna sebenernya subjek memiliki kemampuan yang cukup tinggi si akhir pekerjaan.


Download Software Psikotes
Minta Akses (isi Form)

Demikian penjelasan atau contoh dari Tes Pauli, Semoga Bermanfaat..

https://gumroad.com/bramastadigital