DEFINISI
Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral
menjadi tiga tingkatan. Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan
tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan
jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’
pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap
awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak
berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu
menguasainya (Manning, 1977:108).
1. Tingkat Prekonvensional
Pada tingkat pertama ini, anak sangat tanggap terhadap norma-norma
budaya, misalnya norma-norma baik atau buruk, salah atau benar, dan sebagainya.
Anak akan mengaitkan norma-norma tersebut sesuai dengan akibat yang akan
dihadapi atas tindakan yang dilakukan. Anak juga menilai norma-norma tersebut
berdasarkan kekuatan fisik dari yang menerapkan norma-norma tersebut.
Pada tingkat prekonvensional ini dibagi menjadi dua tahap yaitu:
a. Tahap
Punishment and Obedience Orientation
Pada tahap ini, secara umum anak menganggap bahwa konsekuensi yang
ditimbulkan dari suatu tindakan sangat menentukan baik-buruknya suatu tindakan
yang dilakukan, tanpa melihat sisi manusianya. Tindakan-tindakan yang tidak
diikuti dengan konsekuensi dari tindakan tersebut, tidak dianggap sesuatu hal
yang buruk.
b. Tahap
Instrumental-Relativist Orientation atau Hedonistic Orientation
Pada tahap ini, suatu tindakan dikatakan benar apabila tindakan tersebut
mampu memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri maupun orang lain. Tindakan yang
tidak memberikan pemenuhan kebutuhan baik untuk diri sendiri maupun orang lain
dapat dianggap sebagai tindakan baik selama tindakan tersebut tidak merugikan.
Pada tahap ini hubungan antar manusia digambarkan sebagaimana hubungan
yang berlangsung di pusat perbelanjaan, di mana terdapat timbal balik dan sikap
terus terang yang menempati kedudukan yang cukup penting.
2. Tingkat Konvensional
Pada tingkat perkembangan moral konvensional, memenuhi harapan keluarga,
kelompok, masyarakat, maupun bangsanya merupakan suatu tindakan yang terpuji.
Tindakan tersebut dilakukan tanpa harus mengaitkan dengan konsekuensi yang
muncul, namun dibutuhkan sikap dan loyalitas yang sesuai dengan harapan-harapan
pribadi dan tertib sosial yang berlaku.
Pada tingkat ini, usaha seseorang untuk memperoleh, mendukung, dan
mengakui keabsahan tertib sosial sangat ditekankan, serta usaha aktif untuk menjalin
hubungan positif antara diri dengan orang lain maupun dengan kelompok di
sekitarnya. Pada tingkat konvensional ini dibagi menjadi dua tahap yaitu:
a.
Tahap Interpersonal Concordance atau Good-Boy/Good-Girl Orientation
Pandangan anak pada tahap ini, tindakan yang bermoral adalah tindakan
yang menyenangkan, membantu, atau tindakan yang diakui dan diterima oleh orang
lain. Anak biasanya akan menyesuaikan diri dengan apa yang dimaksud tindakan
bermoral. Moralitas suatu tindakan diukur dari niat yang terkandung dalam
tindakan tersebut. Jadi, setiap anak akan berusaha untuk dapat menyenangkan
orang lain.
b. Tahap Law
and Order Orientation
Pada tahap ini, pandangan anak selalu mengarah pada otoritas, pemenuhan
aturan-aturan, dan juga upaya untuk memelihara tertib sosial. Tindakan bermoral
dianggap sebagai tindakan yang mengarah pada pemenuhan kewajiban, penghormatan
terhadap suatu otoritas, dan pemeliharaan tertib sosial yang diakui sebagai
satu-satunya tertib sosial yang ada.
3. Tingkat Postkonvensional
Pada tingkat ketiga ini, terdapat usaha dalam diri anak untuk menentukan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang memiliki validitas yang diwujudkan
tanpa harus mengaitkan dengan otoritas kelompok maupun individu dan terlepas
dari hubungan seseorang dengan kelompok. Pada tingkat ketiga ini, di dalamnya
mencakup dua tahap perkembangan moral, yaitu:
a.
Tahap Social-Contract, Legalistic Orientation
Tahap ini merupakan tahap kematangan moral yang cukup tinggi. Pada tahap
ini tindakan yang dianggap bermoral merupakan tindakan-tindakan yang mampu
merefleksikan hak-hak individu dan memenuhi ukuran-ukuran yang telah diuji
secara kritis dan telah disepakati oleh masyarakat luas. Seseorang yang berada
pada tahap ini menyadari perbedaan individu dan pendapat. Oleh karena itu,
tahap ini dianggap tahap yang memungkinkan tercapainya musyawarah mufakat.
Tahap ini sangat memungkinkan seseorang melihat benar dan salah sebagai suatu
hal yang berkaitan dengan nilai-nilai dan pendapat pribadi seseorang. Pada tahap
ini, hukum atau aturan juga dapat dirubah jika dipandang hal tersebut lebih
baik bagi masyarakat.
b.
Tahap Orientation of Universal Ethical Principles
Pada tahap yang tertinggi ini, moral dipandang benar tidak harus dibatasi
oleh hukum atau aturan dari kelompok sosial atau masyarakat. Namun, hal
tersebut lebih dibatasi oleh kesadaran manusia dengan dilandasi prinsip-prinsip
etis. Prinsip-prinsip tersebut dianggap jauh lebih baik, lebih luas dan abstrak
dan bisa mencakup prinsip-prinsip umum seperti keadilan, persamaan HAM, dan
sebagainya.
CONTOH KASUS
Seorang siswa yang rajin menyelesaian tugas yang
diberikan oleh gurunya akan merasa senang dan puas saat guru tersebut
memberikan penghargaan berupa pujian padanya.Di sisi lain siswa tersebut
melihat temannya yang diberi hkuman dari gurunya karena tidak pernah
mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya.Siswa yang rajin tersebut
berfikir dia akan selallu berusaha mengerjakan setiap tugas supaya tidak diberi
hukuman oleh gurunya.
KESIMPULAN
Perkembangan moral menurut Kohlbergh
dibagi menjadi 3 :
1) Tingkat Prekonvensional,yaitu perkembangan moral yang
mendasar dan sederhana yang dipahami oleh individu.Individu akan mengulang
perilaku yang membawa kebaikan dan menyenangkan dirinya,dan akan menghindari
perilaku yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi dirinya sendiri.
2) Tingkat Konvensional ,yaitu individu mulai menunjukkan
perilaku yang berhubungan dengan orang lain atau orang disekitarnya.Individu
tersebut mulai menyesuaikan perilaku yang bisa diterima oleh orang di
sekitarnya dan tidak bertentangan atau tidak merugikan mereka.
3) Tingkat Postkonvensional ,yaitu perkembangan moral
yang lebih komplek yang ditunjukkan oleh seorang individu.Selain individu
tersebut bisa mempertanggungjawabkan perilaku dirinya sendiri,dia juga harus
menyesuaikan dengan lingkungan sekitar dan mematuhi norma-norma yang sudah
ditentukan oleh masyarakat luas.
REFERENSI
http://rimatrian.blogspot.com/2013/09/perkembangan-moral-menurut-jean-piaget.html
0 Comments: