KATA PENGANTAR
Puji
syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya makalah yang
berjudul “Maraknya Kekerasan terhadap Anak dan Solusi Pencegahannya” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas untuk mata
kuliah Psikologi Kepribadian II
Keberhasilan
penulis dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini,
sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Yogyakarta,
18 Oktober 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Anak
adalah tumpuan dan harapan orang tua. Anak jugalah yang akan menjadi penerus
bangsa ini. Sedianya, wajib dilindungi maupun diberikan kasih sayang. Namun fakta
berbicara lain. Maraknya kasus kekerasan pada anak sejak beberapa tahun ini
seolah membalikkan pendapat bahwa anak perlu dilindungi. Begitu banyak anak
yang menjadi korban kekerasan keluarga, lingkungan maupun masyarakat dewasa
ini.
Pasal
28b ayat 2 menyatakan bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminas”. Namun apakah pasal tersebut sudah dilaksanakan dengan benar?
Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia masih jauh dari kondisi yang disebutkan
dalam pasal tersebut.
Berbagai
jenis kekerasan diterima oleh anak-anak, seperti kekerasan verbal, fisik,
mental maupun pelecehan seksual. Ironisnya pelaku kekerasan terhadap anak
biasanya adalah orang yang memiliki hubungan dekat dengan si anak, seperti
keluarga, guru maupun teman sepermainannya sendiri. Tentunya ini juga memicu
trauma pada anak, misalnya menolak pergi ke sekolah setelah tubuhnya dihajar
ole gurunya sendiri.
Kondisi
ini amatlah memprihatinkan, namun bukan berarti tidak ada penyelesaiannya.
Perlu koordinasi yang tepat di lingkungan sekitar anak terutama pada lingkungan
keluarga untuk mendidik anak tanpa menggunakan kekerasan, menyeleksi tayangan
televisi maupun memberikan perlindungan serta kasih sayang agar anak tersebut
tidak menjadi anak yang suka melakukan kekerasan nantinya. Tentunya kita semua
tidak ingin negeri ini dipimpin oleh pemimpin bangsa yang menyelesaikan
kekerasan terhadap rakyatnya.
BAB II
ISI
A. Penyebab Terjadinya Kekerasan
terhadap Anak
Ada
banyak faktor kenapa terjadi kekerasan terhadap anak :
·
Lemahnya pengawasan orang tua terhadap anak dalam menonton tv, bermain dll. Hal
ini bukan berarti orang tua menjadi diktator/over protective, namun maraknya
kriminalitas di negeri ini membuat perlunya meningkatkan kewaspadaan terhadap
lingkungan sekitar.
·
Anak mengalami cacat tubuh, gangguan tingkah laku, autisme, terlalu lugu
·
Kemiskinan keluarga (banyak anak).
·
Keluarga pecah (Groker Home) akibat perceraian, ketiadaan Ibu dalam jangka panjang.
·
Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidak mampuan mendidik anak,
anak yang tidak diinginkan (Unwanted Child)atau anak lahir diluar nikah.
·
Pengulangan sejarah kekerasan orang tua yang dulu sering memperlakukan
anak-anaknya dengan pola yang sama
·
Kondisi lingkungan yang buruk, keterbelakangan
·
Kesibukan orang tua sehingga anak menjadi sendirian bisa menjadi pemicu
kekerasan terhadap anak
·
Kurangnya pendidikan anak terhadap anak.
B. Jenis-jenis Kekerasan yang
Sering Diterima Anak
1.Kekerasan
Fisik
Bentuk
kekerasan seperti ini mudah diketahui karena akibatnya bisa terlihat pada tubuh
korban Kasus physical abuse: persentase tertinggi usia 0-5 tahun (32.3%) dan
terendah usia 13-15 tahun (16.2%). Kekerasan biasanya meliputi memukul, mencekik,
menempelkan benda panas ke tubuh korban dan lain-lainnya. Dampak dari kekerasan
seperti ini selain menimbulkan luka dan trauma pada korban, juga seringkali
membuat korban meninggal
2.
Kekerasan secara Verbal
Bentuk
kekerasan seperti ini sering diabaikan dan dianggap biasa atau bahkan dianggap
sebagai candaan. Kekerasaan seperti ini biasanya meliputi hinaan, makian,
maupun celaan. Dampak dari kekerasaan seperti ini yaitu anak jadi belajar untuk
mengucapkan kata-kata kasar, tidak menghormati orang lain dan juga bisa
menyebabkan anak menjadi rendah diri.
3.
Kekerasan secara Mental
Bentuk
kekerasan seperti ini juga sering tidak terlihat, namun dampaknya bisa lebih
besar dari kekerasan secara verbal. Kasus emotional abuse: persentase tertinggi
usia 6-12 tahun (28.8%) dan terendah usia 16-18 tahun (0.9%) Kekerasaan seperti
ini meliputi pengabaian orang tua terhadap anak yang membutuhkan perhatian,
teror, celaan, maupun sering membanding-bandingkan hal-hal dalam diri anak
tersebut dengan yang lain, bisa menyebabkan mentalnya menjadi lemah. Dampak
kekerasan seperti ini yaitu anak merasa cemas, menjadi pendiam, belajar rendah
diri, hanya bisa iri tanpa mampu untuk bangkit.
4.Pelecehan
Seksual
Bentuk
kekerasan seperti ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah dikenal anak,
seperti keluarga, tetangga, guru maupun teman sepermainannya sendiri. Kasus
pelecehan eksual: persentase tertinggi usia 6-12 tahun (33%) dan terendah usia
0-5 tahun (7,7%).Bentuk kekerasan seperti ini yaitu pelecehan, pencabulan maupun
pemerkosaan. Dampak kekerasan seperti ini selain menimbulkan trauma mendalam,
juga seringkali menimbulkan luka secara fisik.
C. Solusi Mencegah Terjadinya
Kekerasan pada Anak
Agar
anak terhindar dari bentuk kekerasan seperti diatas perlu adanya pengawasan
dari orang tua, dan perlu diadakannya langkah-langkah sebagai berikut:
orang
tua menjaga agar anak-anak tidak menonton / meniru adegan kekerasan karena bisa
menimbulkan bahaya pada diri mereka. Beri penjelasan pada anak bahwa adegan
tertentu bisa membahayakan dirinya. Luangkanlah waktu menemani anak menonton
agar para orang tua tahu tontonan tersebut buruk atau tidak untuk anak.
·
Jangan sering mengabaikan anak, karena sebagian dari terjadinya kekerasan
terhadap anak adalah kurangnya perhatian terhadap anak. Namun hal ini berbeda
dengan memanjakan anak.
·
Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama mengajarkan moral pada
anak agar berbuat baik, hal ini dimaksudkan agar anak tersebut tidak menjadi
pelaku kekerasn itu sendiri.
·
Sesekali bicaralah secara terbuka pada anak dan berikan dorongan pada anak agar
bicara apa adanya/berterus terang. Hal ini dimaksudkan agar orang tua bisa
mengenal anaknya dengan baik dan memberikan nasihat apa yang perlu dilakukan
terhadp anak, karena banyak sekali kekerasan pada anak terutama pelecehan
seksual yang terlambat diungkap.
·
Ajarkan kepada anak untuk bersikap waspada seperti jangan terima ajakan orang
yang kurang dikenal dan lain-lain.
·
Sebaiknya orang tua juga bersikap sabar terhadap anak. Ingatlah bahwa seorang
anak tetaplah seorang anak yang masih perlu banyak belajar tentang kehidupan
dan karena kurangnya kesabaran orang tua banyak kasus orang tua yang menjadi
pelaku kekerasan terhadap anaknya sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Ada
berbagai penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak seperti:
1.
Berbagai penyebab terjadinya kekerasan pada anak diantarnya adalah kemiskinan.
Kondisi lingkunangan yang buruk dan lain-lain.
2.
Jenis kekerasan terhadap anak terbagi menjadi 4 yaitu: kekerasan secara fisik,
kekerasan secara verbal, kekerasan secara mental, dan pelecehan seksual.
3.
Ada beberapa cara menghindarkan anak dari tindak kekerasan, dan semuanya
memerlukan peran yang lebih dari orang tua.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bpkpenabur.or.id/files/hal%20129-139%20Tindakan%20Kekerasan%20pada%20Anak%20dalam%20keluarga.pdf
http://sasino.info/2009/12/kekerasan-pada-anak/
http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=31888&Itemid=62
https://kakarisah.wordpress.com/2010/03/09/10/
0 Comments: