16 Des 2015

MENGAPLIKASIKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KONDISI INDONESIA MASAKINI


     Mengaplikasikannilai-nilaipancasilabukanlahhal yang mudahapalagidalamkondisi Indonesia masakini. Didalamkeseharian, kitatidakpernahlepasdarikesalahan-kesalahan yang terjaditanpaadalagi rasa yang membuatseseorangitumerasabersalahdalammelakukannya. Semuaterjadikarenatidakadanyapemikiran yang membuatmanusiapatuhakanaturan, yang dimanaaturan-aturantersebutsudahbisadipahamiseseorangdenganmengamalkanpancasila.Seseorangdalambermasyarakat yang sepenuhnyabisamengamalkanpancasilabisadikatakansebagaiorang yang sempurnadantaatakannilai-nilaikebersamaan, solidaritas, dantoleransiantarsesamamasyarakatitu. Makadariitusetiapmasyarakatharusbisadituntutuntukmengertidanfahamsecaralahirbatinapaitupancasila, bagaimanacarafahamdanbagaimanacaramenerapkannya.Pancasilasepenuhnyabisakitakatakansebagaititikpemikiranataulandasankitasebagaiwarganegaraindonesia. Yang bisadijadikanpahambermasyarakat. Masyarakatsepenuhnyaakanmerasanyamanbilasepenuhnyapancaasilaituberjalan.tapi yang masihdijadikanpermasalahan, kenapasemakintuausianegaraindonesia, semakinhilang pula makna-maknaapaitupancasila ?
Mungkinitusemuasepenuhnyasudahdilupakanmasyarakat yang merasamasabodohakankeadaansekarang, Ataukahsystem pemerintahan yang membuatmasyarakatinibencikepadanegaranyadanmembuatmerekasemuaitutidakmaumenurutinegara.Jikasemuahalitudikatakanbenarfaktanya, makabangsaindonesiainisudahsepenuhnyatidakmemiliki moral yang sesuaidenganisipancasila. Yang dimanapancasilaitumerupakansebuahlandasansetiapperbuatanwarganegara. Pemahamanpancasilaharusdimiliki agar sesuaidenganbentuknegara..
Setiaphal yang terjadibisakitanilaidengankeadaannyabegitu pula keadaanataugambaranmasyarakat yang tidakmelakukanataumenerapkanapaitupancasila. Pancasilaadalahsebuahhal yang sepeenuhnyaharusbisakitaterapkansoalnyapancasilainilah yang membuatseseorangitumenjadibaikdalamberprilaku, jikaseseorangsudahberprilakubaikkepadasesama,makakarakternegarasudahbisadibentuk.
Keterpurukanbangsa, kejelekanbangsa, baikburuknyasuatubangsabisakitalihatdarimasyarakatnyaitusendiri, apakahmasyarakatitubisamenerapkannorma yang adaataukahmalahsebaliknya, merekamengabaikanhalitu.Suatubangsaakanhancurbahkansangat-sangathancurbilapancasilatidakbisaditerapkan, contohnyabanyakkonflikantaretnis yang terjadi. Itusemuatidaksesuaidengansilapersatuanindonesia yang dimanasilaitumemilikimaknakesatuanbangasaindonesia. Meskipunberbeda-bedakulit, agama, suku, dankarakter.tapikitasemuatetapsatuyaitubangsadantumpahdarahindonesia.Pancasilainiadalahsebuahpemikiranbangsaindonesiaharusdiditerapkan. Pancasilainiberawaldanterciptasudahcukup lama. Itusemuaawalmulanyaterbentukpancasilabersaldariwatakdannilainilaikhaswarga Indonesia, nilai-nilaiitumerupakansebuahhasilpikiran-pikirandangagasan-gagasanbangsaindonesiatentangkehidupan yang dianggapbaik.merekamenciptakantatanilai yang mengandungtatakehidupansosialdantatakehidupankerohanianbangsa yang membericorak, watakdancirimasyarakatdanbangsaindonesiamembedakannyadenganmasyarakatataubangsa lain. Kenyataandemikianinimerupakansuatukenyataanobjectif yang merupakanjatidiribangsaindonesia
Dengan kata lain, untukterciptannyakehidupan yang sesuaidenganwatakwarganegaraindonesia, masyarakatharusmemahamiprinsipdasarpancasilasebagaijatidiribangsaindonesia.Menjadikansetiapmanusiauntuktaatkepadapancasilaatauperaturansangatlahsulit. Itusemua, tidakbisadirubahbegitusaja. Sebabmerekasudahmerasamasabodoh. Itusemuabiasanyadikarnakansikappemimpinmereka yang seharusnyamenjadipanutanbagimerekadanmenjadikancontohtauladanbagimerekamasihsajaseringmelakukankesalahan-kesalahandalammengambilkebijakandanmengambilkeputusan.Semuaketidaktahuanmasyarakatakanhukumdanartipancasilaitusemuadikarnakansosokpemimpin yang tidakdanmerasamasabodohakanaturan-aturan yang ada.satu-satunyacaramenjadikansetiapinsanuntukmenerapkanpancasilayakni, pemimpinharusmemberikancontohdantauladan yang baikbagirakyatnya. Karenapemimpin yang baiksepenuhnyaakanmemberikanefek-efek yang positif pula padamasyarakatnyadanmemotivasimasyarakatuntukberfikirdenganberlandasan
Perananpemerintahsangatlahpentingdalampenerapanpancasilapadamasyarakat. Karenapemerintahlahsatu-satunya orang yang harusmenerapkandanmembericontohpadamasyarakat yang tidaktahuapaitupancasila. Makadariitupemerintahharusmemberikancontoh-contohdanseringmemberikanpengetahuanapaitupancasilsa .jikapemerintahtelahmelaksanakanhalitudanmemberikacontoh-contoh yang baik pula bisadipastikansebagianmasyarakatbisamengertiapaitupancasila.
Setiaporangharusdituntutuntukmemahamitentangpancasila, dansetiaplangkahrakyatuntukkebaikanharussepenuhnyadidukungolehpemerintah demi tercapainyapenerapanpancasilapadamasakini.Makadariituwujudkanlah rasa cintatanah air, demi kemajuannegarakita, denganmemahamiapaitupancasiladanmenerapkannyadengansebaik-baikmungkin.

MARAKNYA KEKERASAN TERHADAP ANAK DAN SOLUSI PENCEGAHANNYA



KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya makalah yang berjudul “Maraknya Kekerasan terhadap Anak dan Solusi Pencegahannya” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas untuk mata kuliah Psikologi Kepribadian II
Keberhasilan penulis dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.


Yogyakarta, 18 Oktober 2015

                                                                                                                      Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

Anak adalah tumpuan dan harapan orang tua. Anak jugalah yang akan menjadi penerus bangsa ini. Sedianya, wajib dilindungi maupun diberikan kasih sayang. Namun fakta berbicara lain. Maraknya kasus kekerasan pada anak sejak beberapa tahun ini seolah membalikkan pendapat bahwa anak perlu dilindungi. Begitu banyak anak yang menjadi korban kekerasan keluarga, lingkungan maupun masyarakat dewasa ini.

Pasal 28b ayat 2 menyatakan bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminas”. Namun apakah pasal tersebut sudah dilaksanakan dengan benar? Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia masih jauh dari kondisi yang disebutkan dalam pasal tersebut.

Berbagai jenis kekerasan diterima oleh anak-anak, seperti kekerasan verbal, fisik, mental maupun pelecehan seksual. Ironisnya pelaku kekerasan terhadap anak biasanya adalah orang yang memiliki hubungan dekat dengan si anak, seperti keluarga, guru maupun teman sepermainannya sendiri. Tentunya ini juga memicu trauma pada anak, misalnya menolak pergi ke sekolah setelah tubuhnya dihajar ole gurunya sendiri.

Kondisi ini amatlah memprihatinkan, namun bukan berarti tidak ada penyelesaiannya. Perlu koordinasi yang tepat di lingkungan sekitar anak terutama pada lingkungan keluarga untuk mendidik anak tanpa menggunakan kekerasan, menyeleksi tayangan televisi maupun memberikan perlindungan serta kasih sayang agar anak tersebut tidak menjadi anak yang suka melakukan kekerasan nantinya. Tentunya kita semua tidak ingin negeri ini dipimpin oleh pemimpin bangsa yang menyelesaikan kekerasan terhadap rakyatnya.

BAB II
ISI

A. Penyebab Terjadinya Kekerasan terhadap   Anak

Ada banyak faktor kenapa terjadi kekerasan terhadap anak :
· Lemahnya pengawasan orang tua terhadap anak dalam menonton tv, bermain dll. Hal ini bukan berarti orang tua menjadi diktator/over protective, namun maraknya kriminalitas di negeri ini membuat perlunya meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar.

· Anak mengalami cacat tubuh, gangguan tingkah laku, autisme, terlalu lugu
· Kemiskinan keluarga (banyak anak).
· Keluarga pecah (Groker Home) akibat perceraian, ketiadaan Ibu dalam jangka panjang.
· Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidak mampuan mendidik anak, anak yang tidak diinginkan (Unwanted Child)atau anak lahir diluar nikah.
· Pengulangan sejarah kekerasan orang tua yang dulu sering memperlakukan anak-anaknya dengan pola yang sama
· Kondisi lingkungan yang buruk, keterbelakangan
· Kesibukan orang tua sehingga anak menjadi sendirian bisa menjadi pemicu kekerasan terhadap anak
· Kurangnya pendidikan anak terhadap anak.


B. Jenis-jenis Kekerasan yang Sering Diterima  Anak

1.Kekerasan Fisik
Bentuk kekerasan seperti ini mudah diketahui karena akibatnya bisa terlihat pada tubuh korban Kasus physical abuse: persentase tertinggi usia 0-5 tahun (32.3%) dan terendah usia 13-15 tahun (16.2%). Kekerasan biasanya meliputi memukul, mencekik, menempelkan benda panas ke tubuh korban dan lain-lainnya. Dampak dari kekerasan seperti ini selain menimbulkan luka dan trauma pada korban, juga seringkali membuat korban meninggal

2. Kekerasan secara Verbal
Bentuk kekerasan seperti ini sering diabaikan dan dianggap biasa atau bahkan dianggap sebagai candaan. Kekerasaan seperti ini biasanya meliputi hinaan, makian, maupun celaan. Dampak dari kekerasaan seperti ini yaitu anak jadi belajar untuk mengucapkan kata-kata kasar, tidak menghormati orang lain dan juga bisa menyebabkan anak menjadi rendah diri.

3. Kekerasan secara Mental
Bentuk kekerasan seperti ini juga sering tidak terlihat, namun dampaknya bisa lebih besar dari kekerasan secara verbal. Kasus emotional abuse: persentase tertinggi usia 6-12 tahun (28.8%) dan terendah usia 16-18 tahun (0.9%) Kekerasaan seperti ini meliputi pengabaian orang tua terhadap anak yang membutuhkan perhatian, teror, celaan, maupun sering membanding-bandingkan hal-hal dalam diri anak tersebut dengan yang lain, bisa menyebabkan mentalnya menjadi lemah. Dampak kekerasan seperti ini yaitu anak merasa cemas, menjadi pendiam, belajar rendah diri, hanya bisa iri tanpa mampu untuk bangkit.


4.Pelecehan Seksual
Bentuk kekerasan seperti ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah dikenal anak, seperti keluarga, tetangga, guru maupun teman sepermainannya sendiri. Kasus pelecehan eksual: persentase tertinggi usia 6-12 tahun (33%) dan terendah usia 0-5 tahun (7,7%).Bentuk kekerasan seperti ini yaitu pelecehan, pencabulan maupun pemerkosaan. Dampak kekerasan seperti ini selain menimbulkan trauma mendalam, juga seringkali menimbulkan luka secara fisik.
C. Solusi Mencegah Terjadinya Kekerasan pada Anak
Agar anak terhindar dari bentuk kekerasan seperti diatas perlu adanya pengawasan dari orang tua, dan perlu diadakannya langkah-langkah sebagai berikut:
orang tua menjaga agar anak-anak tidak menonton / meniru adegan kekerasan karena bisa menimbulkan bahaya pada diri mereka. Beri penjelasan pada anak bahwa adegan tertentu bisa membahayakan dirinya. Luangkanlah waktu menemani anak menonton agar para orang tua tahu tontonan tersebut buruk atau tidak untuk anak.
· Jangan sering mengabaikan anak, karena sebagian dari terjadinya kekerasan terhadap anak adalah kurangnya perhatian terhadap anak. Namun hal ini berbeda dengan memanjakan anak.
· Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama mengajarkan moral pada anak agar berbuat baik, hal ini dimaksudkan agar anak tersebut tidak menjadi pelaku kekerasn itu sendiri.
· Sesekali bicaralah secara terbuka pada anak dan berikan dorongan pada anak agar bicara apa adanya/berterus terang. Hal ini dimaksudkan agar orang tua bisa mengenal anaknya dengan baik dan memberikan nasihat apa yang perlu dilakukan terhadp anak, karena banyak sekali kekerasan pada anak terutama pelecehan seksual yang terlambat diungkap.
· Ajarkan kepada anak untuk bersikap waspada seperti jangan terima ajakan orang yang kurang dikenal dan lain-lain.
· Sebaiknya orang tua juga bersikap sabar terhadap anak. Ingatlah bahwa seorang anak tetaplah seorang anak yang masih perlu banyak belajar tentang kehidupan dan karena kurangnya kesabaran orang tua banyak kasus orang tua yang menjadi pelaku kekerasan terhadap anaknya sendiri.

BAB III
KESIMPULAN

Ada berbagai penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak seperti:

1. Berbagai penyebab terjadinya kekerasan pada anak diantarnya adalah kemiskinan. Kondisi lingkunangan yang buruk dan lain-lain.

2. Jenis kekerasan terhadap anak terbagi menjadi 4 yaitu: kekerasan secara fisik, kekerasan secara verbal, kekerasan secara mental, dan pelecehan seksual.

3. Ada beberapa cara menghindarkan anak dari tindak kekerasan, dan semuanya memerlukan peran yang lebih dari orang tua.









DAFTAR PUSTAKA

http://www.bpkpenabur.or.id/files/hal%20129-139%20Tindakan%20Kekerasan%20pada%20Anak%20dalam%20keluarga.pdf
http://sasino.info/2009/12/kekerasan-pada-anak/
http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=31888&Itemid=62
https://kakarisah.wordpress.com/2010/03/09/10/

Pensiun, Stres dan Bahagia



Pensiun, Stres dan Bahagia
Manusia tidak lepas dari aktivitas bekerja. Ada orang yang bekerja untuk mencari uang, ada yang bekerja untuk mengisi waktu luang, ada juga yang bekerja untuk mencari identitas, dan sebagainya. Bila ditelusuri lebih jauh lagi, sebuah pekerjaan lebih berkaitan dengan kebutuhan psikologis seseorang dan bukan hanya berkaitan dengan kebutuhan materi semata. Secara materi, seseorang dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papannya dengan bekerja. Namun secara psikologis, bekerja bertujuan untuk memenuhi rasa identitas, status, ataupun fungsi sosialnya.

Seiring bertambahnya usia, kondisi fisik untuk bekerja semakin terbatas. Selain itu, tingkat kepuasan kerja pada orang dewasa dengan orang yang dewasa akhir juga berbeda. Bagi pria lanjut usia biasanya lebih tertarik pada pekerjaan yang statis dari pada pekerjaan yang bersifat dinamis dan menantang. Dampak yang mereka peroleh adalah pekerjaan yang memberi kepuasan pada dirinya walaupun pekerjaan itu jelas berbeda dengan pekerjaan orang yang lebih muda atau pekerjaan pada masa mudanya.

Stres yang dialami wanita pada dasarnya sama dengan yang dialami pria. Hanya saja wanita berkecenderungan lebih besar mengalami stres pada masa pramenopause dan menopause. Sedangkan pada pria, kecenderungan stres lebih besar pada saat memasuki pensiun. Hingga pada waktu seseorang akan diminta untuk pensiun dari pekerjaannya.

Secara umum, arti kata pensiun adalah seseorang yang sudah tidak bekerja lagi karena usianya sudah lanjut dan harus diperhentikan . Seseorang yang pensiun biasa mendapat uang pensiun atau pesangon. Jika mendapat pensiun, maka ia tetap mendapatkan semacam gaji sampai meninggal dunia.

Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang pensiun . Mereka mengatakan bahwa pensiun adalah suatu kondisi dimana individu tersebut telah berhenti bekerja pada suatu pekerjaan yang biasa dilakukan. Merekapun menerangkan batasan yang lebih jelas dan mengatakan bahwa pensiun adalah proses pemisahan seorang individu dari pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya seseorang digaji. Dengan kata lain masa pensiun mempengaruhi aktivitas seseorang, dari situasi kerja ke situasi di luar pekerjaan. Sedangkan berdasarkan pandangan psikologi perkembangan, pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu masa transisi ke pola hidup baru, ataupun merupakan akhir pola hidup .

Transisi ini meliputi perubahan peran dalam lingkungan sosial, perubahan minat, nilai dan perubahan dalam segenap aspek kehidupan seseorang. Jadi seseorang yang memasuki masa pensiun, bisa merubah arah hidupnya dengan mengerjakan aktivitas lain, tetapi bisa juga tidak mengerjakan aktivitas tertentu lagi.

Masa pensiun ini dapat menimbulkan masalah karena tidak semua orang siap untuk menghadapinya. Pensiun akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, selain itu akan memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang paling vital adalah menghilangnya identitas diri seseorang yang sudah melekat begitu lama.

Bila ditinjau dari sisi lansia sebagai pribadi, peningkatan angka harapan hidup dengan sendirinya akan menyebabkan orang dapat hidup lebih lama atau lebih besar kemungkinan untuk menikmati hidup lebih panjang. Tetapi di sisi lain, banyak di antara mereka yang kehilangan aktivitasnya karena sudah harus pensiun. Ditinjau dari sudut pandang psikologis, pensiun menyebabkan seseorang akan mempertanyakan kembali “Siapa diriku?”. Hal ini dikenal dengan istilah konsep diri. Konsep diri adalah bagaimana kita melihat diri kita sebagaimana orang lain melihat kita. Prinsipnya adalah penilaian yang direfleksikan kembali.

Konsep diri merupakan hal yang penting artinya dalam kehidupan seseorang, karena konsep diri menentukan bagaimana seseorang bertindak dalam berbagai situasi. Masa pensiun bisa mempengaruhi konsep diri, karena pensiun menyebabkan seseorang kehilangan peran (role), identitas dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi harga diri mereka. Pensiun akan menyebabkan seseorang kehilangan perannya dalam masyarakat yang selanjutnya mempengaruhi statusnya dan pada akhirnya bisa mempengaruhi konsep diri menjadi negatif. Akibat psikologis dari hal ini adalah nantinya akan mempengaruhi kesehatan mental seseorang, dan juga proses penyesuaian dirinya.

Pensiun sering kali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak. Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang bias mendatangkan kepuasan ( karena uang, jabatan, dan memperkuat harga diri ). Oleh karena itu, sering kali terjadi orang yang pension bukannya bisa menikmati masa tua dengan hidup santai, sebaliknya ada yang justru mengalami problem serius ( kejiwan ataupun fisik ). Individu yang melihat masa pension hanya dari segi finansial kurang bisa beradaptasi dengan baik dibandingkan dengan mereka yang dapat melihat masa pension sebagai masa di mana manusia beristirahat manikmati hasil jerih payahnya selama ini di masa tuanya.

Golongan pensiun sendiri terbagi menjadi kelompok yang optimis dan kelompok pesimis. Ada yang bahagia karena dapat menyelesaikan tugas dan pengabdiannya dengan “selamat” tanpa cela. Sebaliknya ada juga yang merasa khawatir akan kehidupan di masa yang akan datang.

Fase Penyesuaian Diri Pada Saat Pensiun
Penyesuaian diri pada saat pensiun merupakan saat yang sulit, dan terdapat tiga fase proses pensiun:

1.Preretirement phase (fase pra pensiun)
Fase ini bisa dibagi pada 2 bagian lagi yaitu remote dan near. Pada remote phase, masa pensiun masih dipandang sebagai suatu masa yang jauh. Biasanya fase ini dimulai pada saat orang tersebut pertama kali mendapat pekerjaan dan masa ini berakhir ketika orang terebut mulai mendekati masa pensiun. Sedangkan pada near phase, biasanya orang mulai sadar bahwa mereka akan segera memasuki masa pensiun dan hal ini membutuhkan penyesuaian diri yang baik. Ada beberapa perusahaan yang mulai memberikan program persiapan masa pension.

2.Retirement phase (fase pensiun)
Masa pensiun ini sendiri terbagi dalam 4 fase besar, dan dimulai dengan
tahapan pertama yakni honeymoon phase. Periode ini biasanya terjadi tidak lama setelah orang memasuki masa pensiun. Sesuai dengan istilah honeymoon (bulan madu), maka perasaan yang muncul ketika memasuki fase ini adalah perasaan gembira karena bebas dari pekerjaan dan rutinitas. Biasanya orang mulai mencari kegiatan pengganti lain seperti mengembangkan hobi. Kegiatan inipun tergantung pada kesehatan,
keuangan, gaya hidup dan situasi keluarga. Lamanya fase ini tergantung pada kemampuan seseorang. Orang yang selama masa kegiatan aktifnya bekerja dan gaya hidupnya tidak bertumpu pada pekerjaan, biasanya akan mampu menyesuaikan diri dan mengembangkan kegiatan lain yang juga menyenangkan.
Setelah fase ini berakhir maka akan masuk pada fase kedua yakni disenchatment phase. Pada fase ini pensiunan mulai merasa depresi, merasa kosong. Untuk beberapa orang pada fase ini, ada rasa kehilangan baik itu kehilangan kekuasaan, martabat, status, penghasilan, teman kerja, aturan tertentu.
Pensiunan yang terpukul pada fase ini akan memasuki reorientation phase, yaitu fase dimana seseorang mulai mengembangkan pandangan yang lebih realistik mengenai alternatif hidup. Mereka mulai mencari aktivitas baru.
Setelah mencapai tahapan ini, para pensiunan akan masuk pada stability phase yaitu fase dimana mereka mulai mengembangkan suatu set kriteria mengenai pemilihan aktivitas, dimana mereka merasa dapat hidup tentram dengan pilihannya.
3.End of retirement (fase pasca masa pensiun)
Biasanya fase ini ditandai dengan penyakit yang mulai menggerogoti seseorang, ketidak-mampuan dalam mengurus diri sendiri dan keuangan yang sangat merosot. Peran saat seorang pensiun digantikan dengan peran orang sakit yang membutuhkan orang lain untuk tempat bergantung.

Post Power Syndrome
Post power syndrome banyak dialami oleh mereka yang baru saja menjalani masa pensiun. Istilah tersebut muncul untuk mereka yang mengalami gangguan psikologis saat memasuki waktu pensiun. Stres, depresi, tidak bahagia, merasa kehilangan harga diri dan kehormatan adalah beberapa hal yang dialami oleh mereka yang terkena post power syndrome . Antara pria dan wanita, pria lebih rentan terhadap post power sindrome karena pada wanita umumnya lebih menghargai relasi dari pada prestise, prestise dan kekuasaan itu lebih dihargai oleh pria.

Individu dengan tipe kepribadian A lebih rentan untuk mengalami stres, frustasi, merasa diremehkan ketika ia memasuki masa pensiunnya bila dibandingkan dengan individu dengan tipe kepribadian B. Tipe kepribadian A mempunyai tuntutan lebih dalam pekerjaan mereka dan berorientasi prestasi individu yang ambisius. Di sisi lain, mereka mudah marah dan terkadang bersikap agresif. Dalam menghadapi masa pensiun, mereka cenderung lebih sulit menerima keadaan karena pada masa produktifnya, mereka menghabiskan waktunya untuk bekerja bahkan saat luang sekalipun.

Sedangkan tipe kepribadian B, lebih rileks dan tenang. Pada masa produktifnya, mereka lebih memanfaatkan waktu luang yang ada untuk beristirahat sejenak. Mereka tidak merasa tertuntut oleh waktu yang terbatas dan tidak terlalu terpengaruh oleh situasi berkompetisi. Sehingga dalam menghadapi masa pension, mereka lebih bisa bersyukur dan menerima kenyataan. Mereka lebih memilih untuk berpikir positif dan menikmati masa pensiun mereka yang bisa dilakukan dengan melakukan hobinya, hidup santai bersama keluarga agar terhindar dari stres.

Ciri-ciri orang yang rentan menderita post power syndrome;
•Orang-orang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.
•Orang-orang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena kurangnya harga diri, jadi kalau ada jabatan dia merasa lebih diakui oleh orang lain.
•Orang-orang yang menaruh arti hidupnya pada prestise jabatan dan pada kemampuan untuk mengatur hidup orang lain, untuk berkuasa terhadap orang lain. Istilahnya orang yang menganggap kekuasaan itu segala-galanya atau merupakan hal yang sangat berarti dalam hidupnya.

Beberapa Gejala Post Power Syndrome ;
•Gejala fisik, misalnya menjadi jauh lebih cepat terlihat tua tampaknya dibandingkan waktu ia bekerja. Rambutnya didominasi warna putih (uban), berkeriput, dan menjadipemurung, sakit-sakitan, tubuhnya menjadi lemah
•Gejala emosi, misalnya cepat tersinggung kemudian merasa tidak berharga, ingin menarik diri dari lingkungan pergaulan, ingin bersembunyi, dan sebagainya
•Gejala perilaku, misalnya malu bertemu orang lain, lebih mudah melakukan pola-pola kekerasan atau menunjukkan kemarahan baik di rumah atau di tempat yang lain

Menghadapi Masa Pensiun yang Bahagia
1.Rencanakan masa pension beberapa bulan atau beberapa tahun sebelumnya dengan pikiran yang jernih dan tenang sehingga pengaturan keuangan di masa pension dapat direncanakan secara bersamaan.
2.Hadapi masa pensiun secara rileks. Ketegangan dan kecemasan tidak menjadikan segalanya menjadi lebih baik. Pengalaman dan keterampilan dapat digunakan untuk merencanakan masa depan
3.Gunakan waktu pensiun dengan sebaik-baiknya dan serileks mungkin. Lakukan kegiatan yang menjadi hobi seperti berkebun, olah raga, dan lainnya agar tidak merasa jenuh
4.Kurangi dan hilangkan kebiasaan buruk seperti merokok, mengkonsumsi makanan berkolesterol tinggi, junk food, dan meminum minuman beralkohol
5.Lakukanlah kegiatan sosial yang menarik dan mulailah meniti karir di kehidupan pasca-pensiun disertai optimisme bahwa hidup akan menjadi jauh lebih baik lagi dari sebelumnya
6.Hilangkan kesepian dan libatkan diri pada orang-orang terdekat
7.Jangan biarkan pesimisme mempengaruhi dan menguasai pikiran
8.Meningkatkan kegiatan-kegiatan yang dapat lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Berdoa, meditasi, dan lainnya akan membuat hidup terasa lebih damai dan tenang.

ANALISA OBSERVASI



Gibson (1995 : 263) menyarankan agar dalam melakukan analisis selama atau setelah observasi memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1.       Mengamati satu klien dalam satu waktu. Observasi untuk analisis individu sebaiknya difokuskan pada individu tersebut. Utamanya terhadap perilaku klien secara detail yang mungkin berguna dalam konseling.

2.       Ada kriteria spesifik untuk melakukan observasi. Konselor hendaknya selalu ingat bahwa observasi yang dilakukan adalah untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu, ketika melakukan analisis hendaknya difokuskan pada hal – hal yang berkaitan dengan tujuan observasi.


3.       Observasi seharusnya dilakukan tanpa batas waktu. Utamanya dalam dunia pendidikan, observasi dalam rangka konseling sebaiknya tidak hanya dibatasi pada waktu tertentu saja, tetapi dilakukan secara berkesinambungan ini sekurang – kurangnya memiliki dua manfaat, yaitu untuk validasi dan evaluasi.

4.       Konseli seharusnya diamati dalam situasi yang natural dan berbeda. Perilaku natural kebanyakan terjadi dalam situasi yang juga natural. Meskipun situasi naturalitu beragam antara satu orang dengan yang lain, tetapi ada situasi umum yang kurang lebih sama, misalnya : ketika di sekolah, di rumah, ketika berhubungan dengan teman, dengan guru, dengan karyawan, dan dengan orang dewasa lainnya. Sebab bisa jadi seseorang ketika di tengah – tengah keluarga menunjukkan perilaku sopan, tetapi ketika berhubungan dengan orang – orang di luar rumah terjadi sebaliknya. Mengamati perilaku dalam situasi yang berbeda itu sangat membantu dalam penyimpulan apakah karakteristik tingkah laku tersebut konsisten atau tidak.


5.       Mengamati klien dalam konteks semua situasi atau situasi total. Dalam melakukan observasi terhadap tingkah laku manusia, sangatlah penting menghindari pendekatan “tunnel vision”, dimana kita hanya bermaksud mengamati klien secara visual atau sebatas yang tampak mata, tetapi observasi sebaiknya dilakukan dengan melihat faktor – faktor yang mendorong munculnya tingkah laku tersebut, sehingga kita bisa memberi makna yang lebih tepat terhadap tingkah laku yang kita amati.

6.       Data dari observasi seharusnya digabungkan dengan data yang lain. Dalam analisis individu sangatlah penting untuk menggabungkan semua yang diketahui tentang konseli. Hal ini karena untuk melihat konseli sebagai seorang manusia yang utuh, semua kesan yang didapatkan dari observasi harus dipadukan dengan semua informasi yang mungkin didapatkan. Teknik studi kasus yang diguanakan oleh sebagian besar bantuan profesional memberikan ilustrasi terhadap integrasi dan hubungan antar data sebelum dilakukan interpretasi.
7.       Observasi seharusnya dilakukan dalam kondisi yang menyenangkan. Dalam melakukan observasi sangat diharapkan observer berada pada posisi yang cukup jelas untuk melihat apa yang ingin dilaporkan. Idealnya, observer mampu melakukan observasi dalam waktu yang cukup tanpa halangan dan gangguan, serta kondisi yang menyenangkan untuk melakukan observasi. Observer seharusnya juga siap terhadap kemungkinan lain yang mungkin terjadi ketika seseorang diamati memodifikasi perilakunya karena dia sadar bahwa dirinya sedang diamati. (Pemahaman Individu oleh Drs. Anwar Sutoyo, M.Pd, 2012 : 124 -126)




Pekanbaru(infobidannia), Pada saat mencapai usia diatas 50 tahun, pria mengalami fenomena yang hampir mirip menopause pada wanita, dan disebut andropause. Pada wanita, masa menopause memiliki batas yang jelas, yakni berhentinya haid sebagai tanda perubahan dari masa reproduksi menuju masa senja, sedangkan pada pria batas tersebut tidak jelas. Namun demikian, keduanya sama-sama mengalami penurunan kadar hormon seks. Pada wanita, yang menurun adalah kadar estrogen, sedangkan pada pria kadar testosteronnya.
Penurunan kadar steroid seks tersebut menyebabkan perubahan-perubahan, yang akan disertai dengan berubahnya sikap dan emosi, kelelahan, berkurangnya energi, menurunnya libido dan ketangkasan fisik. Berbeda dengan menopause yang secara umum terjadi pada wanita di usia 45-55 tahun, maka masa perubahan andropause pada pria ini mungkin lebih panjang dan secara bertahap.
Definisi andropause (andro = laki-laki, pause = berhenti) adalah berhentinya fungsi maskulin (kelaki-lakian) akibat hilangnya fungsi testis (buah zakar) dan/atau kelenjar anak ginjal (adrenal) dalam memproduksi hormon testosteron, yang ditandai dengan sekumpulan gejala. Sebagian pakar beranggapan bahwa istilah andropause secara biologis kurang tepat, karena di sini tidak terjadi penghentian fungsi dalam arti sesungguhnya. Produksi spermatozoa terus berlangsung meski dalam jumlah lebih sedikit. Fungsi seksual maupun fertilitas masih terjadi, hanya memang menurun. Pada andropause tidak terjadi penghentian proses biologis tertentu, melainkan hanya kemunduran fungsi sejumlah organ tubuh, termasuk fungsi seksual. Istilah andropause tersebut lebih ditujukan untuk sindrom klinis yang ditandai perubahan fisik dan emosional pada pria yang dihubungkan dengan proses penuaan dan menurunnya kadar hormon steroid seks secara bermakna.

Penyebab
Andropause disebabkan oleh menurunnya jumlah hormon seks tertentu dalam tubuh seiring proses penuaan, terutama testosteron. Mulai sekitar umur 30-an, kadar testosteron menurun sekitar 10% tiap 10 tahun. Pada saat yang sama, faktor lain dalam tubuh yang disebut globulin pengikat hormon seks (sex hormone binding globulin atau SHBG) meningkat. SHBG mengikat lebih banyak testosteron yang beredar dalam darah dan membuat testosteron tidak dapat mengeluarkan pengaruhnya pada jaringan-jaringan tubuh. Akibatnya testosteron bebas yang tersisa (bioavailable testosterone) semakin sedikit untuk menjalankan fungsi-fungsinya.
Manfaat testosteron
Testosteron merupakan hormon yang berdampak unik terhadap tubuh pria secara keseluruhan. Testosteron dihasilkan dari testis dan kelenjar adrenal. Pada pria hormon ini sama seperti estrogen pada wanita.
Aktivitas biologis testosteron bersifat androgenik (berkhasiat pada organ reproduksi) dan anabolik (berkhasiat pada organ somatik). Oleh karena itu, penurunan kadar testosteron akan mempengaruhi semua metabolisme yang terkait dengannya seperti otot, tulang, susunan saraf pusat, prostat, sumsum tulang dan fungsi seksual.
Testosteron juga membantu pembentukan protein dan sangat penting untuk aktivitas seksual normal dan menghasilkan ereksi. Testosteron juga berdampak pada banyak aktivitas metabolik seperti menghasilkan sel-sel darah pada sumsum tulang, pembentukan tulang, metabolisme lemak, metabolisme karbohidrat, fungsi hati dan pertumbuhan kelenjar prostat.
Jika testosteron yang tersedia kurang untuk menjalankan fungsinya, tanggapan organ-sasaran testosteron menurun, dan menyebabkan banyak perubahan. Seiring dengan proses penuaan, setiap pria akan mengalami penurunan jumlah testosteron bebas, tetapi kadangkala pada beberapa pria kadarnya lebih rendah dibanding lainnya. Bilamana hal ini terjadi maka pria tersebut akan mengalami gejala-gejala andropause.
Gejala-gejala tersebut dapat mengganggu kualitas hidup dan dapat memajankan mereka pada gangguan kesehatan lain, akibat dari pengaruh jangka panjang testosteron rendah. Diperkirakan 30% pria di usia 50-an akan mempunyai kadar testosteron cukup rendah yang dapat memunculkan gejala-gejala atau membuat mereka berisiko.
Gejala-gejala
Penurunan kadar testosteron pada akhirnya akan terjadi pada semua pria, dan belum ada cara untuk menduga siapakah yang akan mengalami gejala-gejala andropause cukup parah sehingga perlu bantuan. Juga tidak dapat diduga pada usia berapakah gejala-gejala tersebut akan muncul pada individu tertentu. Gejala-gejala yang dialami setiap pria dapat berbeda-beda.
Beberapa gejala-gejala khas andropause adalah:
1.    Penurunan libido (gairah seksual) dan impotensi (gagal ereksi)
2.    Perubahan suasana hati (mood ), disertai penurunan aktivitas intelektual, kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung.
3.    Menurunnya kekuatan otot dan massa otot
4.    Lemah dan kurang energi
5.    Perubahan emosional, psikologis dan perilaku (misalnya depresi)
6.    Berkeringat dan gejolak panas di sekitar leher (hot flash ), yang terjadi secara bertahap
7.    Pengecilan organ-organ seks dan kerontokan rambut di sekitar daerah kelamin dan ketiak
8.    Peningkatan lemak di daerah perut dan atas tubuh
9.    Osteoporosis (keropos tulang) dan nyeri punggung
10.  Risiko penyakit jantung
Risiko osteoporosis 
Pada individu yang sehat, jaringan tulang secara konstan rusak dan dibentuk kembali. Pada pasien osteoporosis, pembentukan kembali jaringan tulang tidak secepat jaringan tulang yang rusak sehingga lebih banyak jaringan tulang yang rusak dibanding yang terbentuk kembali.
Pada pria, testosteron juga berperan untuk menjaga keseimbangan otot dan tulang. Dengan bertambahnya usia dan menurunnya kadar testosteron, kemampuan pembentukan kembali jaringan tulang semakin menurun sehingga pria akan menunjukkan pola yang mirip pada risiko osteoporosis. Sekitar 1 dari 8 pria di atas usia 50 tahun menderita osteoporosis.
Selain itu, antara usia 40-70 tahun densitas tulang pria menurun hingga 15%. Densitas tulang yang rendah menyebabkan risiko patah tulang lebih sering, dan disertai nyeri. Pergelangan, pinggang, tulang punggung, dan tulang rusuk adalah bagian yang paling sering berisiko patah. Kejadian patah tulang pinggang pada pria usia lanjut meningkat eksponensial, sama seperti yang terjadi pada wanita. Pada pasien osteoporosis, patah tulang pinggang dapat membahayakan jiwa atau dapat menyebabkan 1/3 pasien tidak dapat bergerak lagi seperti semula.
Risiko penyakit jantung
Telah lama diketahui bahwa risiko wanita terkena aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) cenderung meningkat setelah menopause. Fenomena yang hampir sama juga terjadi pada pria karena kadar testosteronnya menurun sejalan dengan proses penuaan. Meskipun penelitian yang dilakukan belum selengkap seperti yang dilakukan pada wanita, tetapi temuan klinis menunjukkan adanya hubungan antara kadar testosteron rendah dan peningkatan faktor risiko penyakit jantung pada pria. Hubungan sebab-akibatnya masih belum diketahui pada percobaan klinis dalam jumlah kasus yang besar dan masih diperlukan penelitian klinis lanjutan pada kajian bidang ini.
Pemeriksaan
Dahulu andropause sering kurang terdiagnosis karena gejala-gejalanya tidak jelas dan beragam antara satu pria dengan pria lain. Bahkan, beberapa pria sulit untuk mengakui bahwa mereka mengalami masalah. Sering para dokter tidak menduga kadar testosteron yang rendah sebagai penyebab masalah, sehingga faktor-faktor ini sering mengarahkan dokter untuk mengambil kesimpulan bahwa gejala-gejala itu berhubungan dengan keadaan penyakit lain (misalnya depresi) atau hanya berhubungan dengan penuaan, sehingga sering mendorong pasien untuk menerima kenyataan bahwa mereka tidak muda lagi.
Kini, penentuan diagnosis lebih mudah dilakukan dengan cara peneraan hormon steroid seks untuk memastikan gejala-gejala andropause. Pemeriksaan itu mencakup:
·         mengukur kadar testosteron bebas dalam darah, atau
·         menghitung indeks androgen bebas (free androgen index, FAI) = total testosteron x 100/SHBG



Kadar normal androgen
Rata-rata
Rentang
Testosteron bebas (pria)
700 ng/dL
300 – 1100 ng/dL
Testosteron bebas (wanita)
40 ng/dL
15 – 70 ng/dL
Indeks androgen bebas
70 – 100 %< 50%
muncul gejala andropause
Pengobatan
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi andropause adalah pemberian hormon testosteron, yang lebih dikenal sebagai pengobatan sulih hormon (hormone replacement therapyHRT) dengan testosteron. Seperti halnya pengobatan sulih hormon estrogen pada wanita menopause, sulih hormon testosteron pada pria andropause juga efektif dan bermanfaat, serta tidak menimbulkan rasa sakit. Namun pengobatan ini tidak diberikan kepada semua pria, karena pada pria dengan gejala-gejala andropause, mungkin juga mengidap masalah kesehatan lain yang dapat menimbulkan gejala-gejala tersebut.
Terdapat beberapa keadaan yang tidak mengizinkan pria andropause diberikan pengobatan sulih hormon, yaitu:
·         Kanker payudara (pada pria)
·         Kanker prostat
Pada beberapa kasus lain, pengobatan sulih hormon ini bahkan mungkin tidak tepat. Bilamana terdapat keadaan berikut ini, pengobatan sulih hormon testosteron perlu dipertimbangkan apakah akan menjadi pilihan terbaik.
·         Penyakit hati
·         Penyakit jantung atau pembuluh darah
·         Edema (pembengkakan muka, tangan, kaki, telapak kaki)
·         Pembesaran prostat
·         Penyakit ginjal
·         Diabetes mellitus (penyakit gula, kencing manis)
Guna menentukan rencana pengobatan yang terbaik untuk Anda, dokter perlu diberitahukan apakah Anda:
·         Pernah alergi terhadap androgen atau steroid anabolik
·         Berencana memiliki anak lagi, karena dosis tinggi androgen dapat menyebabkan infertilitas.
·         Menderita penyakit yang menyebabkan terpaksa di tempat tidur terus.
·         Sedang meminum obat lainnya, terutama antikoagulasi (peluruh darah).
Pengobatan sulih hormon testosteron dapat berupa pil atau kapsul yang diminum, suntikan, implan (susuk dalam tubuh), krim dan patch(tempelan di kulit). Sebelum pemberian obat, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti kadar hormon masing-masing dalam tubuh, agar dokter dapat menentukan jenis pengobatan hormonal yang dibutuhkan, berikut dosisnya. Selama pengobatan, peran dokter sangat besar, karena pengobatan hormon sangat mungkin menimbulkan penyulit (komplikasi) yang merepotkan. Oleh karena itu, selama pengobatan periksa ke dokter secara teratur diperlukan untuk memantau perkembangan dan kesehatan Anda secara keseluruhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pengobatan sulih hormon testosteron:
1.    Pemeriksaan fisik lengkap. Pria usia lanjut harus mempunyai indikasi jelas untuk diberikan testosteron.
2.    Pemeriksaan laboratorium untuk profil lemak darah, hemoglobin, dan kadar hormon.
3.    Penderita hipogonadisme yang diduga disebabkan oleh kelainan pada hipofisis/hipotalamus harus diperiksa menyeluruh.
4.    Pemeriksaan fungsi hati.
5.    Pemeriksaan colok dubur dan antigen spesifik-prostat (prostate specific antigen , PSA).
6.    Penderita dengan gejala gangguan saluran kemih bawah tidak boleh diberikan pengobatan sulih hormon testosteron
7.    Kanker prostat merupakan kontraindikasi mutlak untuk pemberian testosteron.
8.    Pemberian testosteron dianjurkan dalam bentuk ester injeksi, oral, atau tempelan di kulit.
9.    Respons klinis merupakan petunjuk terbaik untuk menentukan dosis yang dibutuhkan.
Manfaat pengobatan sulih hormon testosteron
Pengobatan ini bermanfaat untuk mengatasi gangguan fisik andropause akibat berkurangnya libido dan kemampuan ereksi. Dari beberapa kajian klinis pada pria dengan kadar testosteron rendah telah dilaporkan adanya tanggapan positif terhadap testosteron, yaitu;
·         Emosi dan rasa penghargaan diri membaik
·         Energi secara fisik dan mental meningkat
·         Kemarahan, mudah tersinggung, kesedihan, kelelahan dan rasa gugup berkurang
·         Kualitas tidur membaik
·         Libido dan kemampuan seksual meningkat
·         Massa tubuh meningkat, dan lemak berkurang
·         Kekuatan otot bertambah (genggaman tangan, ekstremitas atas dan bawah)
·         Penurunan risiko penyakit jantung
Dengan pemberian testosteron diperoleh perubahan-perubahan berikut: perilaku membaik, harga diri dan percaya diri kembali, energi meningkat baik di rumah maupun di lingkungan sosial. Banyak pria yang merasa lebih kuat, selain itu terjadi peningkatan pada emosi, konsentrasi, pengenalan, libido, kegiatan seksual, dan secara keseluruhan merasa baik. Pengaruh ini biasanya dirasakan dalam kurun 3-6 minggu.
Manfaat lainnya adalah menjaga atau meningkatkan densitas tulang, meningkatkan komposisi tubuh, massa dan kekuatan otot, serta meningkatkan daya penglihatan-ruang.


Keseimbangan hidup
Seringkali sulit untuk menyadari bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada andropause berhubungan lebih dari sekedar keadaan eksternal karena semua itu terjadi ketika para pria mulai mempertanyakan nilai-nilai, pencapaian harapan dan tujuan hidupnya, atau yang juga dikenal sebagai krisis usia pertengahan. Krisis usia pertengahan dan andropause yang dialami para pria sering mempengaruhi aspek kejiwaan (psikis)nya, sehingga penanggulangannya perlu dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas hidup pasien agar dapat tetap melakukan hal yang bermanfaat dan menyenangkan. Pengobatan andropause harus mencakup aspek psikis dan fisik. Tanpa kombinasi keduanya, maka hasil pengobatan tidak akan optimal. Pendekatan spiritual dapat membantu seseorang menjadi lebih realistis menerima fakta kehidupan dan menganggap setiap kekurangan sebagai tantangan. Pada kasus-kasus tertentu seperti depresi berat atau yang menjurus pada gangguan jiwa diperlukan pertolongan ahli jiwa (psikolog) atau dokter spesialis jiwa (psikiater).
Setiap kiat yang dijalankan untuk mengurangi gejala-gejala dan risiko andropause tersebut harus digabungkan dengan pendekatan gaya hidup yang baik seperti diet yang optimal, olahraga teratur, pengelolaan cekaman (stress) dan menghentikan minum alkohol dan merokok.




2 PENGERTIAN
Seperti wanita pada usia tertentu mengalami menopause, pria juga mengalami beberapa perubahan hormonal yang mengubah fisik, emosional dan seksual, perubahan yang terjadi pada pria yang mengalami usia lanjut ini disebut andropause atau menopause pada laki-laki.
Andropause dapat menyebabkan berbagai gangguan emosi pada pria, menurunnya libido gairah seksual dan menurunnya daya ingat dan konsentrasi.
Andropause berasal dari bahasa Yunani. Andro berarti Laki-laki dan Pause berarti berhenti.
Secara umum, perubahan ini mulai menjadi jelas pada sekitar 40 tahun tetapi menjadi progresif pada usia antara 40 dan 70.
Hal ini dapat dilihat bahwa andropause pada pria meliputi periode waktu yang jauh lebih besar dari menopause pada wanita.
UMUR
Pria di atas umur 40 tahun
PENYEBAB
Perubahan yang terjadi adalah dikaitkan dengan penurunan kadar hormon pria (testosteron). Namun, ada faktor lain yang memicu timbulnya klimakterik, seperti:
Turun temurun
Kegemukan
Masalah fisik dan psikologis atau stres
Penyakit Kardiovaskular
Kelebihan alkohol dan tembakau
Diabetes mellitus
Disfungsi tiroid
Obat
GEJALA
Selama periode andropause pria menunjukkan gejala fisik dan psikologis, seperti:
Penurunan libido
Insomnia atau kelelahan
Kecemasan dapat menyebabkan depresi
Kecemasan, gugup dan mudah tersinggung
Penis lembek
Penurunan produksi sperma dan testosteron
Hilangnya massa otot (sekitar 10 kg)
Panas dingin
Penurunan penglihatan dan pendengaran
Kerontokan rambut atau beruban
Pertumbuhan rambut pada alis dan hidung.
Keropos tulang (osteoporosis)
Nyeri otot
Keriput dan kulit kering
Semua perubahan karena dampak psikologis atau emosional dari pria yang mengalami perubahan dalam perilaku dan sikap yang berubah-ubah dari sangat ringan menjadi progresif dan menjadi sangat drastis dan tiba-tiba tergantung pada stabilitas psikologis orang tersebut.
FAKTOR RESIKO
Faktor usia dan hormon
PENCEGAHAN
Andropause adalah proses alami dan tidak dapat diubah dan merupakan tahap perubahan dan perjalanan dalam kehidupan seorang pria.
Namun, Anda dapat menghindari faktor-faktor yang mempercepat timbulnya andropause dengan hidup sehat dan teratur dan berkonsutasi dengan dokter secara teratur setelah usia 40.
Faktor psikologis yang baik akan memperingan masalah yang dialami.
DIAGNOSA DAN PENGOBATAN
Setiap orang berbeda, untuk alasan ini setiap kasus andropause harus diperlakukan secara individual dalam rangka untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Adalah penting bahwa pria pergi ke dokter untuk mengurangi gejala, tetapi urolog yang akan merekomendasikan pengobatan ditujukan untuk mengobati disfungsi seksual melalui penggunaan obat-obatan untuk membantu pasien mencapai ereksi ketika melakukan hubungan seksual.
Penting untuk dicatat bahwa dalam kasus ini obat paliatif (melayani asimtomatik) dan bukan kuratif.
Pemberian hormon pengganti.