KESEHATAN MENTAL GANGGUAN OBSESIF DAN KOMPULS
A.
Konsep Dasar Gangguan Obsesif-Kompulsif
1. Pengertian
a. Obsesif
Menurut Kaplan dan Sadock dalam Khaidir muhaj
(2009) obsesif adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang manggangu
(intrusif), obsesif adalah isi pikiran yang kukuh (“Persistent”) timbul,
biarpun tidak diketahuinya, dan diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau
tidak mungkin
b.Kompulsi
Kompulsi adalah pikiran atau prilaku yang
disadari, dilakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa, mencari, atau
menghindari (menurut Kaplan dan Sadock dalam Khaidir muhaj: 2009). Senada
dengan itu dalam Psikology mania (2011) Obsesif dalah gagasan, khayalan atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan dan
mengganggu, yang tampaknya konyol, aneh atau menakutkan.
Kompulsi adalah desakan atau paksaan untuk
melakukan sesuatu yang akan meringankan rasa tidak nyaman akibat obsesi.
Obsesif meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan kolpulsi
menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi jika seseorang memaksa untuk melakukan
suatu kompulsi, kecemasan adalah meningkat. Seseorang dengan gangguan
Obsesif-Kompulsi biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan
bahwa obsesi dan kompulsi sebagai
ego-distorik. Gangguan Obsesif-Kompulsi dapat merupakan gangguan yang
menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesif dapat menghabiskan waktu dan dapat
menggangu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan,
aktivitas social yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan anggota
keluarga.
Jadi Gangguan Obsesif-kompulsif
(Obsessive-Compulsive Disorder, OCD) adalah kondisi dimana individu tidak mampu
mengontrol dari pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak
diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat
mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya. Gangguan
obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana dalam kehidupan individu
didominasi oleh repetatif pikiran-pikiran (obsesi) yang ditindaklanjuti dengan
perbuatan secara berulang-ulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya.
Penderita gangguan ini mungkin telah berusaha untuk melawan pikiran-pikiran
menganggu tersebut yang timbul secara berulang-ulang akan tetapi tidak mampu
menahan dorongan melakukan tindakan berulang untuk memastikan segala sesuatunya
baik-baik saja (Psikology mania: 2011)
B.
KARAKTERISTIK PERILAKU
Menurut Kaplan dan Sadock dalam Khaidir muhaj
(2009) perilaku dalam obssive kompulsif ditandai dengan ciri-ciri:
1.
Suatu gangguan atau impuls yang memaksa dirinya secara bertubi-tubi dan
terus menerus .
2. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan,
yang menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan melawan gagasan ataun impuls
awal.
3. Obsesif dan kompulsif adalah asing bagi ego
(ego-alien) ; yaitu ia dialami sebagai asing bagi pengalaman sseseorang tentang
dirinya sebagai makhluk psikologis.
4. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya
obsesif atau kompulsi tersebut, orang
biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan
tidak masuk akal.
5. Orang yang menderita akibat obsesif dan
kompulsi biasanya merasakan suatu dorongan yang kuat untuk menahannya, tetapi
kira-kira separuh dari smua pasien memiliki pertahanan yang kecil terhadap
kompulsi. Kira-kira 80 % dari semua pasien percaya bahwa kompulsi adalah
irasional. Gambaran obsesif dan kompulsi adalah heterogen pada orang
dewasa,demikian juga pada anak-anak remaja
Dalam psikology mania (2009) berbagai perilaku
yang sering terjadi dalam obsesive kompulsif adalah:
a.
Membersihkan atau mencuci tangan
b.
Memeriksa atau mengecek
c.
Menyusun
d.
Mengkoleksi atau menimbun barang
e.
Menghitung atau mengulang pikiran yang selalu muncul (obsesif)
f.
Takut terkontaminasi penyakit/kuman
g.
Takut membahayakan orang lain
h.
Takut salah
i.
Takut dianggap tidak sopan
j.
Perlu ketepatan atau simetri
k.
Bingung atau keraguan yang berlebihan.
l. Mengulang berhitung berkali-kali (cemas
akan kesalahan pada urutan bilangan)
Individu yang mengalami gangguan
obsesif-kompulsif kadang memilki pikiran intrusif tanpa tindakan repetatif yang
jelas akan tetapi sebagian besar penderita menunjukkan perilaku kompulsif
sebagai bentuk lanjutan dari pikiran-pikiran negatif sebelumnya yang muncul
secara berulang, seperti ketakutan terinfeksi kuman, penderita gangguan
obsesif-kompulsif sering mencuci tangan (washer) dan perilaku umum lainny.
C.
PENYEBAB PERILAKU
Gangguan obsesif-kompulsif tidak ada kaitan
dengan bentuk karakteristik kepribadian seseorang, pada individu yang memiliki
kepribadian obsesif-kompulsif cenderung untuk bangga dengan ketelitian,
kerapian dan perhatian terhadap hal-hal kecil, sebaliknya pada gangguan
obsesif-kompulsif, individu merasa tertekan dengan kemunculan perilakunya yang
tidak dapat dikontrol. Mereka merasa malu bila perilaku-perilaku tersebut
dipertanyakan oleh orang yang melihatnya karena melakukan pekerjaan yang secara
berulang-ulang. Mereka berusaha mati-matian untuk menghilangkan kebiasaan
tersebut.
Penyebab Obsesif Kompulsif adalah:
a.
Genetik - (Keturunan). Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang
mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan beresiko mengalami OCD (Obsesif
Compulsive Disorder).
b.
Organik – Masalah organik seperti terjadi masalah neurologi dibagian -
bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf
seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah salah satu
penyebab OCD.
c.
Kepribadian - Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung
mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah
seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh
pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama dan tidak mudah mengalah.
d.
Pengalaman masa lalu - Pengalaman masa lalu/lampau juga mudah
mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan
gejala OCD.
e.
Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi atau riwayat
kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita obsesif-kompulsif seringkali
juga menunjukkan
f.
Konflik - Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik
jiwa yang berasal dari masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-istri, di
tempat kerja, keyakinan diri.
g.
Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi, atau riwayat
kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita obsesif-kompulsif seringkali
juga menunjukkan gejala yang mirip dengan depresi. Perilaku yang obsesif pada
ibu depresi berusaha berkali-kali atau berkeinginan untuk membunuh bayinya.
INDIVIDU YANG BERISIKO
Individu yang beresiko mengalami gangguan
obsesif-kompulsif adalah;
a.
Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga dari broken home,
kesalahan atau kehilangan masa kanak-kanaknya. (teori ini masih dianggap lemah
namun masih dapat diperhitungkan)
b.
Faktor neurobilogi dapat berupa kerusakan pada lobus frontalis, ganglia basalis
dan singulum.
c.
Individu yang memilki intensitas stress yang tinggi
d.
Riwayat gangguan kecemasan
e.
Depresi
f.
Individu yang mengalami gangguan seksual
GEJALA
Obsesi yang umum bisa berupa kegelisahan
mengenai pencemaran, keraguan, kehilangan dan penyerangan. Penderita merasa
terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang, dengan maksud
tertentu dan disengaja. Sebagian besar ritual bisa dilihat langsung, seperti
mencuci tangan berulang-ulang atau memeriksa pintu berulang-ulang untuk
memastikan bahwa pintu sudah dikunci. Ritual lainnya merupakan kegiatan batin,
misalnya menghitung atau membuat pernyataan berulang untuk menghilangkan
bahaya.
Penderita bisa terobsesi oleh segala hal dan
ritual yang dilakukan tidak selalu secara logis berhubungan dengan rasa tidak
nyaman yang akan berkurang jika penderita menjalankan ritual tersebut.
Penderita yang merasa khawatir tentang pencemaran, rasa tidak nyamannya akan
berkurang jika dia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Karena itu
setiap obsesi tentang pencemaran timbul, maka dia akan berulang-ulang
memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
1.
Sebagian besar penderita menyadari bahwa obsesinya tidak mencerminkan
resiko yang nyata. Mereka menyadari bahwa perliku fisik dan mentalnya terlalu
berlebihan bahkan cenderung aneh.
2.
Penyakit obsesif-kompulsif berbeda dengan penyakit psikosa, karena pada
psikosa penderitanya kehilangan kontak dengan kenyataan. Penderita merasa takut
dipermalukan sehingga mereka melakukan ritualnya secara sembunyi-sembunyi.
Sekitar sepertiga penderita mengalami depresi ketika penyakitnya terdiagnosis.
3.
Gejala ditandai dengan pengulangan (repetatif) pikiran dan tindakan
sedikitnya 4 kali untuk satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung selama 1
sampai 2 minggu selanjutnya. Gejala utam obsesi-kompulsif harus memenuhi
kriteria:
4.
Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut disadari sepenuhnya oleh
individu atau didasarkan pada impuls dalam dirinya sendiri. Individu juga menyadari
bahwa perilakunya itu tidak rasional, namun tetap dilakukan untuk mengurangi
kecemasan.
5.
Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh oleh individu dan berusaha
melawan kebiasaan dan pikiran-pikiran rasa cemas tersebut sekuat tenaga, namun tidak
berhasil.
6.
Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan lega, rasa puas
atau kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa khawatir secara berlebihan dan
mengurangi stres yang dirasakannya.
7.
Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku) sifatnya berulang-ulang secara
terus-menerus dalam beberapa kali setiap harinya.
D.
TREATMENT/PENANGANAN
Dalam Psikologi Mania (2009) cara-cara mengatasi gangguan obsesif dan
kompulsif adalah:
1.
Psikoterapi.
Treatment psikoterapi untuk gangguan
obsesif-kompulsif umumnya diberikan hampir sama dengan gangguan kecemasan
lainnya. Ada beberapa faktor OCD sangat sulit untuk disembuhkan, penderita OCD
kesulitan mengidentifikasi kesalahan (penyimpangan perilaku) dalam mempersepsi
tindakannya sebagai bentuk penyimpangan perilaku yang tidak normal. Individu
beranggapan bahwa ia normal-normal saja walaupun perilakunya itu diketahui
pasti sangat menganggunya. Baginya, perilaku kompulsif tidak salah dengan
perilakunya tapi bertujuan untuk memastikan segala sesuatunya berjalan dengan
baik-baik saja. Faktor lain adalah kesalahan dalam penyampaian informasi
mengenai kondisi yang dialami oleh individu oleh praktisi secara tidak tepat
dapat membuat individu merasa enggan untuk mengikuti terapi.
Cognitive-behavioural therapy (CBT) adalah
terapi yang sering digunakan dalam pemberian treatment pelbagai gangguan
kecemasan termasuk OCD. Dalam CBT penderita OCD pada perilaku mencuci tangan
diatur waktu kapan ia mesti mencuci tangannya secara bertahap. Bila terjadi peningkatan
kecemasan barulah terapis memberikan izin untuk individu OCD mencuci tangannya.
Terapi ini efektif menurunkan rasa cemas dan hilang secara perlahan
kebiasaan-kebiasaannya itu.
Dalam CBT terapis juga melatih pernafasan,
latihan relaksasi dan manajemen stres pada individu ketika menghadapi situasi
konflik yang memberikan kecemasan, rasa takut atau stres muncul dalam diri
individu. Pemberian terapi selama 3 bulan atau lebih.
2.
Farmakologi
Pemberian obat-obatan medis berserta
psikoterapi sering dilakukan secara bersamaan dalam masa perawatan penderita
OCD. Pemberian obat medis hanya bisa dilakukan oleh dokter atau psikiater atau
social worker yang terjun dalam psikoterapi. Pemberian obat-obatan haruslah
melalui kontrol yang ketat karena beberapa dari obat tersebut mempunyai efek
samping yang merugikan.
Obat medis yang digunakan dalam pengobatan OCD
seperti; Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) yang dapat mengubah
level serotonin dalam otak, jenis obat SSRIs ini adalah Fluoxetine (Prozac),
sertraline (Zoloft), escitalopram (Lexapro),
paroxetine (Paxil), dan citalopram (Celexa)
3.
Trisiklik (Tricyclics)
Obat jenis trisiklik berupa clomipramine
(Anafranil). Trisiklik merupakan obat-obatan lama dibandingkan SSRIs dan
bekerja sama baiknya dengan SSRIs. Pemberian obat ini dimulai dengan dosis
rendah. Beberapa efek pemberian jenis obat ini adalah peningkatan berat badan,
mulut kering, pusing dan perasaan mengantuk.
4.
TERAPI
Menurut Widodo Judarwanto dalam Koran Indonesia, terapi konseling dan
medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang dapat
mengurangi gejala obsesd, yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif.
Latihan pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan pasien untuk mengatasi
situasi, kenali dari perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi. Bila
diperlukan bisa diberi Klomipramin 100 – 150 mg, atau golongan Selected
Serotonin Reuptake Inhibitors. Konsultasi spesialistik bila kondisi tidak
berkurang atau menetap
Psikologi mania. 2011. Gangguan obsesif
kompulsif. (online) diakses 20 April 2013.
http://www.psychologymania.com/2011/09/gangguan-obsesif-kompulsif-obsessive.html
Khaidir Muhaj. 2009. Askep gangguan obsesif
kompulsif. (online. Diakses 20 April 2013
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/04/askep-gangguan-obsesif-kompulsif.html
Widodo Judarwono. Koran Indonesia (online)
diakses 20 april 2013.
Htpp://koranindonesiasehat.wordpress.com
(Pengertian Gangguan Kepribadian
Obsesif–Kompulsif) – Diperkirakan penderita gangguan kepribadian ini sekitar 2% – 5% populasi
dengan perbandingan pria 2 kali lebih banyak dari wanita. Kebanyakan berasal
dari orang kulit putih, terpelajar, menikah, dan karyawan.
Walaupun memiliki gejala yang sama dengan Gangguan
Obsesif – Kompulsif, tetapi tidak ada hubungan yang spesifik di antara
keduanya.
Tanda–tanda Gangguan Kepribadian Obsesif – Kompulsif,
antara lain :
·
Perasaan ragu dan hati – hati yang
berlebihan.
·
Keterpakuan pada rincian, peraturan,
daftar, perintah, organisasi, dan jadwal.
·
Perfeksionis yang menghambat
penyelesaian tugas.
·
Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati
– hati, dan kecenderungan yang tidak semestinya untuk menciptakan kesenangan
dan hubungan interpersonal.
·
Keterpakuan dan ketertarikan yang
berlebihan pada kebiasaan sosial.
·
Kaku dan keras kepala.
·
Pemaksaan secara tidak masuk akal agar
orang lain melakukan sesuatu menurut caranya, atau keengganan yang tak masuk
akal mengizinkan orang lain melakukan sesuatu.
·
Mencampuradukkan pikiran atau dorongan
yang bersifat memaksa atau yang tidak disukai.
Tak termasuk: Gangguan Obsesif – Kompulsif
Psikodinamika Gangguan Kepribadian Obsesif – Kompulsif
Penjelasan psikodinamikanya sangat terbatas, banyak dikaitkan dengan Gangguan Obsesif – Kompulsif walau tidak spesifik.
Penjelasan psikodinamikanya sangat terbatas, banyak dikaitkan dengan Gangguan Obsesif – Kompulsif walau tidak spesifik.
Teori Freudian mengatakan
gangguan kepribadian ini terjadi akibat dari perilaku pada “toilet training”,
dimana anak menjadi marah dan tetap mempertahankan fase perkembangan
psikoseksual ini. Dan untuk mempertahankan kemarahan dibawah kontrolnya, dia
menahan kemarahan dan naluri untuk menahan fesesnya secara ekstrem.
Pengobatan Gangguan Kepribadian Obsesif–Kompulsif
Orang dengan gangguan kepribadian ini tidak selalu menyadari bahwa dirinya terganggu, sehingga mereka biasanya tidak berobat sampai dia mengalami gangguan lain, seperti gangguan depresi atau gangguan cemas.
Orang dengan gangguan kepribadian ini tidak selalu menyadari bahwa dirinya terganggu, sehingga mereka biasanya tidak berobat sampai dia mengalami gangguan lain, seperti gangguan depresi atau gangguan cemas.
Walaupun terapi perilaku dan terapi obat efektif untuk
mengobati gangguan ini, tapi dengan terapi psikodinamik dan terapi kognitif
tampaknya memberikan hasil yang lebih baik.
0 Comments: