PSIKIATRI INTERPERSONAL HARRY STACK SULLIVAN
Pendahuluan
Menurut Harry Stack Sullivan, kepribadian adalah pola yang
relatif menetap dari situasi-situasi antar pribadi yang berulang, yang menjadi
ciri kehidupan manusia. Sullivan tidak menyangkal pentingnya hereditas dan
pematangan dalam membentuk dan membangun kepribadian, namun ia berpendapat
bahwa apa yang khas manusiawi adalah interaksi sosial. Pengalaman hubungan
antar pribadi telah mengubah fungsi fisiologis organisme menjadi organisme
sosial.
Struktur Kepribadian
Meskipun Sullivan memandang tegas sifat dinamis kepribadian,
namun menurutnya ada beberapa aspek kepribadian yang nyata-nyata stabil dalam
waktu yang lama: dinamisme, personifikasi, sistem self, dan proses kognitif.
a. Dinamisme (The Dynamism)
Dinamisme adalah pola khas tingkahlaku (transformasi energi, baik
terbuka maupun tersembunyi) yang menetap dan berulang terjadi yang menjadi ciri
khusus seseorang. Dinamisme yang melayani kebutuhan kepuasan organisme
melibatkan bagian tubuh, yakni alat reseptor, efektor dan sistem syaraf.
Misalnya, dinamisme makan melibatkan otot mulut dan leher.
b. Personifikasi (Personification)
Personifikasi adalah suatu gambaran─mengenai diri atau orang
lain─yang dibangun berdasarkan pengalaman yang menimbulkan kepuasan atau
kecemasan. Hubungan yang memberi kepuasan akan membangkitkan image positif,
sebaliknya jika melibatkan kecemasan akan membangkitkan image negatif.
Misalnya, personifikasi yang dikembangkan oleh bayi mengenai ibunya adalah
gambaran ibu baik (good mother) yang diperoleh dari pengalaman
ibu menyusui dan merawatnya sehingga menimbulkan kepuasan atau gambaran ibu
buruk (bad mother) yang diperoleh dari pendekatan ibu yang
menimbulkan kecemasan dan takut).
Ketika bayi mulai membedakan diri dengan lingkungannya, mulai
terbentuk personifikasi diri dan orang lain. Gambaran tentang diri sendiri yang
berkembang adalah saya baik (good-me) yang dikembangkan dari
pengalaman dihadiahi, dimulai dengan hadiah kepuasan makan. Personifikasi saya
buruk (bad-me) dikembangkan dari pengalaman kecemasan akibat
perlakuan ibu atau pengalaman ditolak atau dihukum. Baik good-me maupun bad-me bergabung
ke dalam gambaran diri.
Personifikasi diri yang ketiga, bukan saya (not me) dikembangkan
dari pengalaman kecemasan yang sangat, seperti kekerasan fisik atau mental. Not
me menggambarkan aspek yang dipisahkan dari self dan disertai dengan
emosi unkani (uncanny) atau emosi yang mengerikan dan
berbahaya. Not me tidak pernah diintegrasikan ke dalam
kepribadian, dan tetap dipertahankan sebagai sistem terpisah, yang bagi orang
normal kadang muncul dan dianggap “mimpi buruk.” Sedang orang yang menderita
gangguan mental yang serius, mungkin berhadapan dengan bukan saya sebagai
sesuatu yang sangat nyata.
c. Sistem Self (Self-System)
Sistem self adalah pola tingkahlaku yang konsisten yang mempertahankan
keamanan interpersonal dengan menghindari atau mengecilkan kecemasan. Sistem
ini mulai berkembang pada usia 12-18 bulan, usia ketika anak mulai belajar
tingkahlaku mana yang berhubungan─meningkatkan atau menurunkan─kecemasan.
Ketika sistem self mulai berkembang, orang mulai membentuk
gambaran diri atau personifikasi diri yang konsisten. Setiap pengalaman
interpersonal yang dipandang bertentangan dengan sistem dirinya berarti
mengancam keamanan diri. Dampaknya, orang berusaha mempertahankan diri melawan
tegangan interpersonal itu memakai operasi keamanan (security
operation); suatu proses yang bertujuan untuk mereduksi perasaan tidak aman
atau perasaan akibat dari ancaman terhadap sistem self. Beberapa macam sistem
keamanan yang dipakai sejak usia bayi antara lain:
1.disosiasi,
adalah mekanisme menolak impuls, keinginan dan kebutuhan muncul ke kesadaran.
Disosiasi tidak hilang, tapi ditekan ke ketidaksadaran dan mempengaruhi
tingkahlaku serta kepribadian dari sana.
2.inatensi, yaitu
memilih mana pengalaman yang akan diperhatikan dan yang tidak perlu
diperhatikan. Terhadap pengalaman yang mengancam personifikasi diri, orang
dapat berpura-pura tidak merasakannya.
3.apati dan pertahanan dengan tidur (somnolent detachment),
mirip dengan inatensi. Pada apatis, bayi tidak memilih objek mana yang harus
diperhatikan, semuanya diserahkan pada pihak luar. Pada pertahanan tidur, bayi
tidak perlu memperhatikan stimulasi manapun.
d. Proses Kognitif (Cognitive Process)
Menurut Sullivan, proses atau pengalaman kognitif dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam;
1.prototaxis (prototaksis), adalah rangkaian pengalaman yang terpisah-pisah
yang dialami pada bayi, dimana arus kesadaran (penginderaan, bayangan, dan
perasaan) mengalir ke dalam jiwa tanpa pengertian “sebelum” dan “sesudah.”
Semua pengetahuan bayi adalah pengetahuan saat itu, di sini dan sekarang.
2.parataxis (parataksis).
Sekitar awal tahun kedua, bayi mulai mengenali persamaan-persamaan dan
perbedaan peristiwa, disebut pengalaman parataksis atau asosiasi.
3.syntaxis (sintaksis), adalah berpikir logis dan realistis, menggunakan
lambang-lambang yang diterima bersama-sama, khususnya bahasa-kata-bilangan.
Tiga model pengalaman kognitif itu terjadi sepanjang hayat.
Normalnya, sintaksis mulai mendominasi sejak usia 4-10 tahun.
Dinamika Kepribadian
Sullivan memandang kehidupan manusia sebagai sistem energi, yang
perhatian utamanya adalah bagaimana menghilangkan tegangan yang ditimbulkan
oleh keinginan dan kecemasan. Energi dapat terwujud dalam bentuk-bentuk di
bawah ini;
a. Tegangan (Tension)
Tension adalah potensi untuk bertingkahlaku yang disadari atau
tidak disadari. Sumber tegangan tersebut ada dua;
1. kebutuhan (needs)
Kebutuhan yang pertama muncul adalah tegangan yang timbul akibat
ketidak seimbangan biologis dalam diri individu. Kebutuhan ini dipuaskan dengan
mengembalikan keseimbangan. Kepuasannya bersifat episodik, sesudah memperoleh
kepuasan tegangan akan menurun/hilang, namun setelah lewat beberapa waktu akan
muncul kembali. Kebutuhan yang muncul kemudian berhubungan dari hubungan
interpersonal. Kebutuhan interpersonal yang terpenting adalah Kelembutan kasih
sayang (tenderness). Kelembutan kasih sayang adalah kebutuhan yang
umum bagi setiap orang seperti halnya kebutuhan oksigen, makan, dan air.
Kebalikannya adalah kebutuhan khusus yang muncul dari bagian tubuh tertentu
(oleh Freud disebut “erogenic zone”). Kebutuhan biologis juga dapat
dipuaskan melalui transformasi energi yakni; kegiatan fisik-tingkahlaku, atau
kegiatan mental mengamati, mengingat dan berpikir. Memuaskan kebutuhan dapat
menghilangkan tension, sedangkan kegagalan memuaskan need yang berkepanjangan
bisa menimbulkan keadaan apathy (kelesuan), yaitu bentuk
penundaan kebutuhan untuk meredakan ketegangan secara umum.
2. kecemasan (anxiety)
Menurut Sullivan, kecemasan merupakan pengaruh pendidikan
terbesar sepanjang hayat, disalurkan mula-mula oleh pelaku keibuan kepada
bayinya. Jika ibu mengalami kecemasan, akan dinyatakan pada wajah, irama kata,
dan tingkahlakunya. Proses ini oleh Sullivan dinamakan empati.
Biasanya bayi menangani kecemasannya dengan operasi keamanan, bisa pertahanan
tidur atausomnolent detachment (bayi menolak berhubungan dengan
pemicu kecemasan dengan cara tidur), menyesuaikan tingkahlakunya dengan kemauan
dan tuntutan orang tua, dan atau dengan memilih mana yang harus tidak
diperhatikan (selective inattention)─menolak menyadari stimulus
yang mengganggu. Tension karena kecemasan ini unik, berbeda dengan tension lain
dalam hal kecenderungannya untuk bertahan tetap dalam kecemasan dengan segala
kerusakan yang diakibatkannya. Kalau tegangan lain menghasilkan tingkahlaku
untuk mengatasinya, kecemasan justru menghasilkan tingkahlaku yang menghambat
agar orang tidak belajar dari kesalahannya, terus-menerus menginginkan rasa
aman yang kekanak-kanakan, dan membuat orang tidak belajar dari pengalamannya
sendiri.
b. Transformasi Energi (Energy Transformation)
Tegangan yang ditransformasikan tingkahlaku, baik tingkahlaku
yang terbuka maupun tertutup, disebut transformasi energi. Tingkahlaku yang
ditransformasi itu meliputi gerakan yang kasatmata, dan kegiatan mental seperti
perasaan, pikiran, persepsi, dan ingatan. Bentuk-bentuk kegiatan yang dapat
mengurangi tegangan me-nurut Sullivan dipelajari dan ditentukan oleh masyarakat
tempat orang itu dibesarkan.
Perkembangan Kepribadian
Periode
|
Orang Penting
|
Proses Interpersonal
|
Pencapaian Utama
|
Perkembangan Negatif
|
Infancy
0-1,5
Lahir-berbicara
|
Pemeran Keibuan
|
Kelembutan kasih sayang
|
Awal mengorganisasi pengalaman,
belajar memuaskan beberapa kebutuhan diri
|
Rasa aman beroperasi melalui aparthy dansomnolent
detachment
|
Childhood
1,5-4
Berbicara-hubungan sebaya
|
Orang tua
|
Melindungi rasa aman melalui imaji
teman sebaya
|
Belajar melalui identifikasi
dengan orang tua; belajar sublimasi mengganti suatu kepuasan dengan kepuasan
yang lain
|
Perfomansi as if,rasionalisasi
preokupansi transformasi jahat
|
Juvenile
4-8/10
Hubungan sebaya-chum
|
Teman bermain seusia
|
Orientasi menuju kehidupan sebaya
|
Belajar bekerja sama dan bersaing
dengan orang lain, belajar berurusan dengan figur otoritas
|
Stereotip
Ostrasisme
Disparajemen
|
Pra-adolesen
8/10-12
Chum-pubertas awal
|
Chum tunggal
|
Intimasi
|
Belajar mencintai orang lain
seperti atau melebihi mencintai diri sendiri
|
Loneliness
|
Adolesen Awal
12-16
Pubertas-Seks mantap
|
Chum jamak
|
Intimasi dan nafsu seks ke orang
yang berbeda
|
Integrasi kebutuhan Intimasi
dengan kepuasan seksual
|
Pola tingkahlaku seksual yang
tidak terpuaskan
|
Adolesen Akhir
16-20
Seks mantap
Tanggung jawab sosial
|
Kekasih
|
Menggabung Intimasi dengan nafsu
|
Integrasi ke dalam masyarakat
dewasa,
self-respect
|
Personifikasi yang tidak tepat
Keterbatasan
hidup
|
Maturity
20 <
|
Konsolidasi pencapaian setiap
tahap
|
Tahap Pertama:. Bayi (Infancy); Lahir-Bisa Berbicara (0-18 Bulan)
Perhatian utama bayi adalah makan, sehingga obyek pertama yang
menjadi pusat perhatiannya adalah puting susu ibu (atau puting botol) yang
kemudian menimbulkan paling tidak tiga image, sesuai pengalaman bayi dengan
puting itu;
1.puting bagus (good nipple), puting yang lembut penuh kasih sayang dan
menjanjikan kepuasan fisik
2.bukan puting (not-nipple), puting yang salah karena tidak mengeluarkan air
susu
3.puting buruk (bad nipple), puting dari ibu yang cemas, tidak memberi kasih
sayang dan kepuasan fisik.
Pengalaman makan itu akan membentuk personifikasi ibu yang
menjadi faktor penentu dalam pembentukan personifikasi diri. Ciri-ciri penting
perkembangan pada masa bayi menurut Sullivan:
- timbulnya dinamisme apati, pertahanan tidur, disosiasi, dan inatensi
- peralihan dari prototaxis ke parataxis
- organisasi personifikasi-personifikasi, baik personifikasi ibu maupun diri sendiri
- organisasi pengalaman melalui belajar dan munculnya dasar-dasar sistem diri
- diferensiasi tubuh bayi sendiri, mengenal dan memanipulasi tubuh
- belajar bahasa, dimulai dengan bahasa autisme
- belajar melakukan gerakan terkoordinasi, melibatkan mata, tangan, mulut, dll.
Tahap Kedua: Anak (Childhood); Bisa Mengucap Kata-Butuh Kawan Bermain (1,5-4
Tahun)
Tahap anak dimulai dengan perkembangan bicara dan belajar
berpikir sintaksis, serta perluasan kebutuhan untuk bergaul dengan kelompok
sebaya. Anak mulai belajar menyembunyikan tingkahlaku yang diyakininya bisa
menimbulkan kecemasan atau hukuman seperti dengan rasionalisasi (memberi alasan
palsu) mengenai segala hal yang telah mereka kerjakan atau sedang mereka
rencanakan. Mereka memiliki tampilan seolah-olah (as if performance),
yakni:
1. dramatisasi (dramatization): permainan peran seolah-olah dewasa, belajar
meng-identifikasikan diri dengan orang tuanya.
2. bergaya sibuk (preoccupation): anak belajar konsentrasi pada satu kegiatan
yang membuat mereka bisa menghindari sesuatu yang menekan dirinya.
3. transformasi jahat (malevolent transformation): perasaan bahwa
dirinya hidup di tengah-tengah musuh, sehingga hidupnya penuh rasa kecurigaan
dan ketidak percayaan bahkan sampai tingkahlaku yang paranoid.
4. sublimasi taksadar (unwitting sublimation): mengganti sesuatu
atau aktifitas (taksadar atau unwitting) yang dapat menimbulkan
kecemasan dengan aktifitas yang lebih dapat diterima secara sosial.
Masa anak ditandai dengan emosi yang mulai timbal balik, anak
disamping menerima juga bisa memberi kasih sayang. Masa anak juga ditandai
dengan akulturasi yang cepat. Disamping menguasai bahasa, anak belajar pola
kultural dalam kebersihan, latihan toilet, kebiasaan makan, dan harapan peran
seksual.
Tahap Ketiga:
Remaja Awal (Juvenile); Usia Sekolah-Berkeinginan Bergaul Intim (4-8/10
Tahun)
Perkembangan penting dalam tahap ini adalah loncatan sosial ke
depan, anak belajar kompetisi, kompromi, kerjasama, dan memahami makna perasaan
kelompok. Tahap ini juga ditandai dengan munculnya konsepsi tentang orientasi
hidup, suatu rumusan atau wawasan tentang:
- kecenderungan atau kebutuhan untuk berintegrasi yang biasanya memberi ciri pada hubungan antar pribadinya,
- keadaan-keadaan yang cocok untuk pemuasan kebutuhan dan relatif bebas dari kecemasan,
- tujuan-tujuan jangka panjang yang untuk mencapainya orang perlu menangguhkan kesempatan-kesempatan menikmati kepuasan jangka pendek.
Perkembangan negatif yang penting dalam tahap ini adalah:
- prasangka (stereotype), yaitu meniru atau memakai personifikasi mengenai orang atau kelompok orang yang diturunkan antar generasi,
- pengasingan (ostracism), adalah pengalaman anak diisolasi secara paksa, dikeluarkan/diasingkan dari kelompok sebaya karena perbedaan sifat individual dengan kelompok,
- penghinaan (disparagement), berarti meremehkan atau menjatuhkan orang lain, yang akan berpengaruh merusak hubungan interpersonal pada usia dewasa.
Tahap Keempat:
Pre-adolesen (Preadolescence); Mulai Bergaul Akrab-Pubertas (8/10-12
Tahun)
Pre-adolesen ditandai oleh awal kemampuan bergaul akrab dengan
orang lain bercirikan persamaan yang nyata dan saling memperhatikan. Mereka
membutuhkan chum: teman akrab dari jenis kelamin yang sama,
teman yang dapat menjadi tempat mencurahkan hati, dan bersama-sama mencoba
memahami dan memecahkan masalah hidup. Tahap pre-adolesen ditandai oleh
beberapa fenomena berikut:
- orang tua masih penting, tapi mereka dinilai secara lebih realistic
- mengalami cinta yang tidak mementingkan diri sendiri, dan belum dirumitkan oleh nafsu seks
- terlibat kerjasama untuk kebahagiaan bersama, tidak mementingkan diri sendiri
- kolaborasi chum, kalau tidak dipelajari pada tahap ini, akan membuat perkembangan kepribadian berikutnya akan terhambat
- hubungan chum dapat mengatasi/menghilangkan pengaruh buruk simptom salah suai yang diperoleh dari perkembangan tahap sebelumnya.
Tahap Kelima: Adolesen Awal (Early Adolescence);
Pubertas-Pola Aktifitas Seksual yang Mantap (12-16 Tahun)
Perubahan fisik usia pubertas mengembangkan hasrat seksual (lust) pada
periode awal adolesen. Banyak problem yang muncul pada periode ini
merefleksikan konflik antar tiga kebutuhan dasar: keamanan (bebas dari
kecemasan), keintiman (pergaulan akrab dengan seks lain) dan kepuasan seks.
Kepuasan seksual bertentangan dengan operasi keamanan, karena aktifitas genital
pada usia ini terlarang pada banyak budaya sehingga menimbulkan perasaan
berdosa, malu, dan cemas. Keintiman bertentangan dengan keamanan, karena
mengubah keintiman dari sesama jenis menjadi keintiman dengan jenis kelamin
pasangan akan menimbulkan perasaan takut, ragu-ragu, dan kehilangan harga diri
yang semuanya akan meningkatkan kecemasan. Keintiman bertentangan dengan
kepuasan seksual, mereka kesulitan mengombinasikan Intimasi dengan kepuasan
seksual untuk diarahkan pada satu orang paling tidak karena empat alasan:
- banyak adolesen yang melakukan sublimasi terhadap dorongan genitalnya, untuk mencegah penggabungan dorongan seks dengan intimasi,
- dorongan genital yang sangat kuat dapat dipuaskan melalui masturbasi atau hubungan seks tanpa intimasi,
- masyarakat membagi objek seksual menjadi dua, “baik” dan “buruk,” sedang remaja selalu memandang “baik,”
- alasan kultural, orang tua, guru, dan otoritas lainnya melarang keintiman dengan seks yang sama karena takut terjadi homoseksualitas, namun mereka juga melarang intimasi dengan lawan jenis karena takut dengan penyakit menular seksual, kehamilan, atau kawin dini.
Tahap Keenam: Adolesen Akhir (Late Adolescence);
Kemantapan Seks-Tanggung Jawab Sosial (16-Awal 20an)
Tahap ini ditandai dengan pemantapan hubungan cinta dengan satu
pasangan. Tapi menurut Sullivan, perkembangan luar biasa tinggi dalam hubungan
cinta dengan orang lain bukan tujuan utama kehidupan, namun sekedar sumber
utama kepuasan hidup. Jika orang masuk pada tahap ini dengan inflasi
sistem-self, menghadapi kecemasan di banyak aspek kehidupan, mereka bisa
mengalami beberapa masalah seperti personifikasi yang tak tepat (inaccurate
personification) dan berbagai jenis keterbatasan hidup (restrictions
of living) yang meliputi pandangan tidak realistic mengenai diri
sendiri, pandangan mengenai orang lain yang stereotip, serta tingkahlaku
menolak kecemasan yang merusak kebebasan seseorang. Pencapaian akhir tahap ini
adalah self-respect, yang menjadi syarat untuk menghargai orang
lain.
Tahap Ketujuh: Kemasakan (Maturity)
Orang dewasa yang masak hendaknya sudah belajar memuaskan
kebutuhan-kebutuhan yang penting; bekerjasama dan berkompetisi dengan orang
lain, mempertahankan hubungan dengan orang lain yang memberi kepuasan intimasi
dan seksual; dan berfungsi secara efektif di masyarakat tempat dia berada.
Aplikasi
Gangguan Mental
Menurut Sullivan, semua gangguan mental berasal dari cacat
hubungan interpersonal dan hanya dapat dipahami melalui referensi lingkungan
sosial orang itu. Sullivan banyak menangani schizophrenia yang dia bedakan
menjadi dua; schizophrenia yang menunjukkan simptom organik dan schizophrenia
yang disebabkan faktor sosial. Schizophrenia kedua inilah yang perubahan dan
perbaikannya dilakukan melalui psikiatri interpersonal.
Psikoterapi
Umumnya terapi model Sullivan mula-mula berusaha untuk
mengungkap kesulitan klien dalam berhubungan dengan orang lain, dan berusaha
untuk mengganti motivasi disjungtif (berpisah) dengan motivasi konjungtif
(bergabung). Motivasi konjungtif menyatakan kepribadian dan membuat klien bisa
memuaskan kebutuhan dan meningkatkan perasaan amannya. Sullivan membagi
interview dalam empat tahapan; pembukaan (formal inception),
pengamatan (reconnaissance), pertanyaan detail (detailed
inquiry), dan pemberhentian (termination).
Baca Juga : Laporan Tes Pauli
DAFTAR RUJUKAN:
Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang:
UMM Press.
Suryabrata, Sumadi. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
https://unikunik.wordpress.com/2009/05/07/psikiatri-interpersonal-harry-stack-sullivan/